tag:blogger.com,1999:blog-83015494342997494032024-02-21T09:35:12.775+07:00Dongeng dan Cerita Anak BergambarKumpulan dongeng, fabel, cerita anak bergambar, ilustrasi anak, review bukuAnge Widurihttp://www.blogger.com/profile/09108829385990115233noreply@blogger.comBlogger16113tag:blogger.com,1999:blog-8301549434299749403.post-7183699648021477082021-03-31T08:00:00.003+07:002021-03-31T08:05:26.674+07:00HANAN INGIN JADI DOKTER<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitkJ_DcNlbujxa_XSw9ZPHMA1hSBRgbSmi90qbH9-L1Z6IaWJM0YUrPvpAOKbEZdFBtjDnrIzQr1nQqisoIvGMt4bXIk2hiFM1AbTkxhWlb5VANePY6arNWQimemxkOVnK7d-l5nhr3ZQ/s1361/ilustrasi-cerita-hanan-ingin-jadi-dokter.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="989" data-original-width="1361" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitkJ_DcNlbujxa_XSw9ZPHMA1hSBRgbSmi90qbH9-L1Z6IaWJM0YUrPvpAOKbEZdFBtjDnrIzQr1nQqisoIvGMt4bXIk2hiFM1AbTkxhWlb5VANePY6arNWQimemxkOVnK7d-l5nhr3ZQ/s320/ilustrasi-cerita-hanan-ingin-jadi-dokter.png" width="320" /></a></div> <b style="color: #ffa400; font-size: large;">Cerita Anak</b><p></p><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kalau sudah besar nanti, Hanan
bercita-cita ingin menjadi dokter. Hanan sudah membayangkan dirinya mengenakan
baju putih-putih sambil mengobati pasien-pasien yang sakit. Ia ingin sekali
bisa membantu orang-orang yang sedang sakit dan menyembuhkannya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Suatu hari, adik kesayangannya
jatuh sakit. Melihat adiknya yang masih bayi menangis terus, Hanan jadi sedih.
Bertambah sedih lagi karena ia tidak tahu harus berbuat apa. Hal ini membuat
Hanan merasa sepertinya ia tidak pantas menjadi seorang dokter.</p><a name='more'></a><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Untungnya sakit adik Hanan tidak
parah. Setelah dibawa ke dokter, adik Hanan bisa dirawat di rumah. Tidak perlu dirawat
di rumah sakit.<o:p></o:p></span></p><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Karena Hanan terlihat amat
murung, ibu pun menghampiri.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Hanan sedang mikirin apa? Kok
kelihatannya sedih,” tanya ibu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hanan ragu untuk mengutarakan isi
hatinya. Ia merasa malu pada ibu. Selama ini Hanan selalu mengatakan pada ibu,
kalau dewasa kelak ia ingin jadi dokter. Namun sekarang Hanan merasa ia tidak
punya harapan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Karena Hanan tidak kunjung
bicara, ibu pun meletakkan tangannya di pundak Hanan. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Kalau Hanan punya masalah, Hanan
bisa cerita ke ibu,” ujar ibu lembut seraya tersenyum.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Melihat senyuman ibu yang begitu
manis dan tulus, Hanan pun memberanikan diri bercerita.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Kayaknya Hanan tidak bisa jadi
dokter, Bu.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Oh, Hanan ingin mengganti
cita-citanya? Emangnya Hanan ingin jadi apa sekarang?” tanya ibu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Bukan begitu, Bu,” sahut Hanan,
agak bersungut sedikit. Sambil memainkan jari-jemarinya Hanan melanjutkan,
“Sepertinya Hanan tidak mampu jadi dokter.” Raut muka Hanan bertambah sedih
setelah mengatakan itu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ibu sedikit kaget mendengar
pernyataan itu. Karena selama ini Hanan sudah bercita-cita menjadi dokter. Seraya
merangkul pundak Hanan, ibu berkata, “Kenapa, Hanan? Apa yang terjadi?”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hanan malu menceritakannya pada
ibu. Tetapi ia begitu sedih dan ingin sekali mengungkapkan perasaannya. Setelah
beberapa saat, Hanan akhirnya berkata,<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Hanan tidak pantas jadi dokter.
Saat adik sakit, Hanan tidak bisa berbuat apa-apa. Harusnya Hanan bisa berbuat
sesuatu buat adik.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mendengarnya ibu jadi tersenyum.
Campuran geli dan haru. “Hanan kan belum jadi dokter, jadi wajar saja kalau
belum bisa menyembuhkan adik.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Tapi buktinya ibu bisa merawat
adik. Harusnya ibu yang pantas jadi dokter.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kepala Ibu manggut-manggut. Ia
akhirnya paham akan kegundahan Hanan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Ibu tahu kok, apa yang bisa
Hanan lakukan.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Beberapa detik Hanan bergeming
sebelum akhirnya menatap Ibu dengan raut wajah bingung sekaligus penuh harap.
Katanya,<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Benarkah, Bu? Memangnya Hanan
bisa apa?”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sambil tersenyum ibu berkata,
“Supaya bisa mencapai cita-cita, yang harus Hanan lakukan mulai dari sekarang
adalah belajar dengan rajin.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mendengar jawaban itu, Hanan
kembali lesu. Ia paham, untuk bisa menggapai cita-cita, haruslah tekun belajar.
Namun dalam pikiran Hanan, tetap saja ia merasa tak berguna. Walaupun ia
sekarang rajin belajar, tetap saja ia tidak bisa membantu adiknya yang sedang sakit.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ternyata, ibu belum selesai
sampai disitu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Karena Hanan belum jadi dokter,
tentu saja bukan tugas Hanan buat nyembuhin adik. Ibu merawat adik juga, dengan
anjuran dokter. Jadi, kalau Hanan ingin membatu adik yang sedang sakit, Hanan
bisa kok. Kalau ibu caranya dengan menggendong adik, memberinya obat. Kalau
Hanan, caranya bantu menjemur pakaian adik. Atau mengambilkan obat adik di
lemari. Mengambilkan air buat adik di dapur. Banyak kok.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Sama kalau kita ingin membatu
orang yang terkena musibah banjir. Bantuan yang kita berikan bisa beragam.
Mulai dari bantuan makanan, air bersih, pakaian bersih, obat-obatan. Dan yang
juga sangat penting, Hanan bisa bantu dengan doa.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Doa?” tanya Hanan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ibu mengangguk membenarkan. “Hanan
bisa bantu adik, dengan berdoa supaya adik bisa segera pulih kembali. Apa Hanan
sudah mendoakan adik?”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hanan menggeleng malu-malu.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dengan lembut ibu memeluk Hanan
seraya berkata, “Yuk, kita berdoa buat kesembuhan adik.”<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mata Hanan berbinar-binar menatap
ibu. Ia tersenyum sambil mengangguk pelan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;">Cerita & ilustrasi oleh Angewid<o:p></o:p></i></p></span><p></p><p></p>Ange Widurihttp://www.blogger.com/profile/09108829385990115233noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8301549434299749403.post-62684876434235135312020-12-08T07:59:00.003+07:002020-12-08T07:59:22.459+07:00NAIDA SI PEMBAWA HUJAN<p><span style="color: #ffa400; font-size: medium;"><b></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; font-size: 12pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhskMr1aia27wDIuA5OvP5USMRggIsr3owHpJNsB6GLfwXiAmRo6gTjg2L9xRBi28WGD76ljKLKOm9Ph8_lAh0auHSIBkNeBMTEDnqNcq-WBE58c_5jAOnbDztojjacSIgINijDx7WO-Ig/s1280/ilustrasi-cerita-anak-dongeng-bergambar-naida-si-pembawa-hujan.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1198" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhskMr1aia27wDIuA5OvP5USMRggIsr3owHpJNsB6GLfwXiAmRo6gTjg2L9xRBi28WGD76ljKLKOm9Ph8_lAh0auHSIBkNeBMTEDnqNcq-WBE58c_5jAOnbDztojjacSIgINijDx7WO-Ig/s320/ilustrasi-cerita-anak-dongeng-bergambar-naida-si-pembawa-hujan.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"><span style="color: #ffa400; font-size: medium;"><b>Dongeng</b></span></span><div><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; line-height: 150%;"><span style="color: #ffa400; font-size: medium;"><b><br /></b></span><span style="font-size: 12pt;">Naida
berjalan cepat melewati lahan pertanian yang tandus. Sejauh mata memandang
hanya pohon kering. Di tangan Naida ada ember kecil berisi air.</span><o:p style="font-size: 12pt;"></o:p></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tak
jauh di depannya Naida bisa melihat makhluk kecil berwarna hijau. Naida menghampirinya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kamu
satu-satunya tanaman yang masih hijau. Ini kubawakan air. Teman-temanmu semua
sudah kering karena kemarau panjang,” katanya sedih.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Baru
saja Naida hendak mengairi tanaman itu, tiba-tiba si tanaman bergoyang lalu
terdengar suara,<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
butuh bantuanmu.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></p>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“K-k-k-kamu
bicara?” Anak perempuan itu terheran-heran.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Namaku
Tanaman. Kita tidak punya banyak waktu,” kata Tanaman cepat. “Kemarau ini sudah
terlalu lama. Tumbuhan di sini tidak akan bertahan lebih lama lagi.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Apa
yang bisa kubantu?” tanya Naida.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
ingin kamu menjadi Pembawa Hujan. Pergilah ke Lautan untuk mengambil
sebanyak-banyaknya uap air. Lalu bawalah ke Angin, minta padanya agar uap air
tersebut ditiup kesini.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
bimbang. “Aku tidak bisa melakukannya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kenapa?
Manusia yang menyebabkan kekeringan ini. Manusia suka menebang pohon di hutan
secara liar. Manusia harus bertanggung jawab.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Bukannya
Naida tidak ingin menolong. Ia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tiba-tiba
air dalam ember bergejolak membuat ember itu bergetar. Air tersebut bergulung dan
mengepung Naida.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Apa
yang terjadi?!” teriak Naida ketakutan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Air
yang menggulung itu tiba-tiba berubah menjadi gelembung-gelembung kecil. Di salah
satu gelembung itu, Naida terkurung.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Terbanglah
ke Lautan!” teriak Tanaman.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
sekarang berukuran tak lebih besar dari seekor semut. Gelembung air yang
mengurungnya terbang melayang tertiup angin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perjalanan
Naida ternyata sangat panjang. Entah sudah berapa kali ia mengalami pergantian
siang dan malam. Ajaibnya Naida tidak pernah merasa mengantuk atau lapar.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tanaman
memberitahunya untuk pergi ke Lautan. Bagaimana caranya? Apakah arah angin
menuju Lautan? Apakah Lautan yang dimaksudkan adalah benar-benar lautan?
Ataukah hanya sekadar sebutan?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Setelah
penantian yang panjang, Naida bisa melihat hamparan biru air laut di bawahnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tiba-tiba
gelembung yang menyelubungi Naida pecah. Tak terelakkan Naida terjun bebas ke
lautan. Ia menjerit sekuat-kuatnya. Matanya dipejamkan tak berani melihat
kebawah. Apa yang akan terjadi jika jatuh dari ketinggian begini?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Ia
bisa merasakan air laut yang hangat karena matahari. Tetapi kok tidak sakit? Oh,
Naida teringat. Tubuhnya sekarang jauh lebih ringan. Akibatnya gaya gravitasi
berpengaruh lebih sedikit. Seperti semut yang jatuh dari ketinggian. Dia akan
baik-baik saja.<span style="color: #9bbb59; mso-themecolor: accent3;"><o:p></o:p></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tetapi
ketakutan Naida belum berakhir. Bagaimana ia bisa bertahan di dalam air
sekalipun ia bisa berenang? Tanaman tidak memberitahunya tentang apapun.
Kecuali bahwa ia harus menemui Lautan dan meminta uap air sebanyak-banyaknya.
Mungkin aku harus mengajak Lautan bicara, pikir Naida.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Lautan,”
panggil Naida. Tubuhnya terombang-ambing di permukaan laut. Tak ada yang
menjawab. Tak putus asa, Naida mencoba lagi. “Namaku Naida. Aku ingin minta
tolong.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
tidak tahu bagaimana caranya meminta uap air. Naida ingat pelajarannya di
sekolah. Ibu guru pernah menjelaskan tentang bagaimana terjadinya hujan. Air
lautan akan menguap karena pemanasan oleh sinar matahari. Uap tersebut akan
berubah menjadi titik-titik air. Kumpulan titik-titik air di atmosfer membentuk
awan. Bila awan sudah menjadi benar-benar padat dan terkena udara dingin, akan
menjadi rintik hujan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Di
tengah kegelisahannya tiba-tiba terdengar suara,<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Naida,
aku Lautan. Apa yang kamu inginkan dariku?”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Tolong
berikan aku uap air sebanyak-banyaknya. Aku memerlukannya untuk temanku
Tanaman. Ia hampir mati karena kekeringan.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Permintaanmu
sangat sulit.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Tolonglah,
Lautan. Kampung tempatku berasal sangat kekeringan,” mohon Naida.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Hmmm
baiklah… tetapi itu tidak mudah.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
akan berusaha,” kata Naida yakin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Agar
selama perjalanan uap air tidak berubah menjadi awan dan menjadi rintik hujan
sebelum tiba di tujuan, harus ada yang menjaganya.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
bisa menjaganya,” sahut Naida cepat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Kalau
begitu kamu bersedia menjadi Udara Panas.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Apa?!”
seru Naida.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Iya.
Udara Panas bisa menjaga uap air agar tidak berubah menjadi titik air.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
diam sejenak. “Baiklah, aku bersedia jika itu bisa menolong.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Air
laut di sekitar Naida berpusing. Ia ikut terjebak di dalamnya. Napas Naida
sudah megap-megap. Ia akan segera tenggelam hingga tiba-tiba Naida merasa
tubuhnya menjadi lebih ringan. Ia mencoba mengangkat tangannya. Naida sangat
kaget. Ia bisa melihat menembus tangannya. Naida pun sadar kalau seluruh
tubuhnya berubah tembus pandang. Seperti halnya uap air panas.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Perlahan
Naida naik ke udara. Setelah wujudnya berubah, kini Naida bisa melihat air laut
yang menguap dan naik ke udara. Buru-buru Naida melayang mendekatinya. Ketika
Naida mengulurkan tangannya uap air itu langsung melekat padanya. Semakin
banyak uap air yang Naida tangkap, Naida merasakan badannya lebih berat.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
khawatir uap air yang dibawanya akan berubah menjadi titik air karena ia
merasakan tubuhnya sudah semakin berat. Sementara tempat tinggalnya masih belum
kelihatan. Lalu Naida teringat pesan Tanaman untuk minta pertolongan Angin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Angin!”
panggil Naida. “Bolehkah aku minta pertolongan? Tolong tiup aku dan uap-uap air
ini ke tempatku berasal.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
kaget ketika terdengar suara gemuruh. Semula ia kira itu suara halilintar.
Namun suara itu berbicara padanya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
bisa menolongmu. Namun kamu harus melakukan sesuatu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Akan
kulakukan,” jawab Naida yakin.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Aku
minta sebagian dirimu tinggal untuk menjaga uap air disini. Aku perlu udara
panas karena iklim yang sudah tak menentu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Ia juga tidak tahu apakah ia
bisa kembali menjadi manusia. Namun tekad Naida sudah bulat. Dia tidak ingin
kekeringan berkepanjangan lebih lama lagi di kampungnya. “Aku bersedia,” jawab
Naida.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Tubuh
Naida terasa jauh lebih ringan dan tiba-tiba ia melesat sangat cepat. Hanya
butuh waktu sekejap Naida telah sampai di kampungnya. Naida melepaskan uap-uap
air yang dibawanya dan seketika turunlah hujan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Naida
tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Ia hanya merasakan tubuhnya menjadi
semakin tembus pandang dan akhirnya menghilang sama sekali. Namun Naida bisa
mendengar sebuah suara.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“Terima
kasih, Naida. Pengorbananmu sungguh besar.” Naida bisa mengenali suara Tanaman.
“Aku akan minta pada temanku untuk menolongmu.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Awan
hujan bergeser sehingga cahaya matahari bisa menembus. Cahaya matahari yang
melewati butiran air hujan menciptakan pelangi. Naida merasakan pelangi itu
jatuh menyiraminya. Perlahan Naida bisa melihat tubuhnya mulai berwarna. Makin
lama makin padat dan akhirnya wujud Naida kembali seperti semula.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Hujan
masih turun. Suasana amat sejuk. Naida bisa melihat Tanaman. Tanaman
mengangguk-angguk, tetapi tidak lagi bicara. Naida tersenyum lalu mulai
melangkahkan kaki di atas tanah yang basah. Ia pulang ke rumahnya dengan
perasaan suka cita.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><i>Cerita & ilustrasi oleh Angewid</i></span></p>
<p class="MsoNormal" style="tab-stops: 185.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span><o:p></o:p></span></p></div>Ange Widurihttp://www.blogger.com/profile/09108829385990115233noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8301549434299749403.post-17338531660689783542018-02-25T08:54:00.000+07:002018-02-25T08:56:50.771+07:00MONKI NGAMBEK<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu2KNikFLzYPJnPY3BNQi1R1_rQSE2ZHgECFgMwafBuqB3IM4vTdf2jXKqI-p-VXsCmgzBEmJoZjyYTY72g5pVdfvOyp2cVVSsD39NrbjZq1ON_hL8oDA_dWiEhLBs-gnj4E_OX0UByRA/s1600/Monki-ngambek-ilustrasi-cerita-anak.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="ilustrasi-fiksi-anak-monki-ngambek" border="0" data-original-height="1091" data-original-width="1500" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhu2KNikFLzYPJnPY3BNQi1R1_rQSE2ZHgECFgMwafBuqB3IM4vTdf2jXKqI-p-VXsCmgzBEmJoZjyYTY72g5pVdfvOyp2cVVSsD39NrbjZq1ON_hL8oDA_dWiEhLBs-gnj4E_OX0UByRA/s320/Monki-ngambek-ilustrasi-cerita-anak.jpg" style="border: 2px solid #81BEF7; padding: 3px;" title="ilustrasi-cerita-anak-monki-ngambek" width="320" /></a></div>
<h3 style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: orange;">Cerita Anak</span></b></h3>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><br /></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">K</b>AMPUNG Pipit mendadak heboh.
Kejadiannya Minggu pagi hari. Tiba-tiba muncul seekor monyet tak dikenal yang
berkeliaran. Monyet tersebut mengejar sekelompok anak yang sedang bermain di
lapangan. Anak-anak itu menjerit dan tertawa. Mereka menyebar supaya monyet itu
tidak lagi mengejar. Namun si monyet terus saja mengikuti. Malangnya, dia
berlari mengejar Pipit. Anak itu menjerit-jerit saat si monyet mencoba
bergelantungan di kakinya. Dia merasa geli. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Eh, itu kan
monyet peliharaannya Ilman!” seru seorang anak, mendadak mengenali.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Oh, iya, itu
kan si Monki. Kenapa berkeliaran begini?” sahut yang lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Pipit tidak
peduli apakah monyet ini benar-benar si Monki peliharaan temannya, Ilman, atau
bukan. Yang ada di kepalanya sekarang adalah berlari secepat mungkin. Atau
mencari tempat persembunyian sebagus mungkin. Pipit heran, dari sekian banyak
anak, kenapa Monki memilih dia? Ke mana pun Pipit berlari, ke situ juga Monki
mengikuti. Akhirnya Pipit menyadari sesuatu, belakang kaosnya ada gambar <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">pisa</st1:place></st1:city>ng.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Tolong!” jerit
Pipit. Dia berlari menuju rumahnya. Orang-orang yang menyaksikan malah tertawa
lucu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Ibu, tolongin
Pipit!” teriak Pipit. Ibunya yang sedang melayani seorang pembeli di warungnya,
heran melihat Pipit tersengal-sengal.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Pipit, kamu
main apa pagi-pagi begini sampai ngos-ngosan?”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Monyet.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Monyet? ” tanya
ibunya tak paham. “Ibu belum pernah dengar permainan semacam itu.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Monki!” engah
Pipit. “Tolongin Monki—eh, maksudnya tolongin Pipit!”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Hah? Monki?
Siapa Monk—AAAAAH!” Ibunya Pipit tiba-tiba berteriak. Monki baru saja melompat
ke arahnya. Si pembeli juga berteriak kaget dan menjatuhkan barang
belanjaannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Melihat Monki
tidak lagi mengincar kakinya, Pipit mengembus lega. Tetapi giliran ibu yang
jadi kalang kabut. Monki melompat dari satu stoples ke stoples lain. Ia juga
mencoba bergelantungan di beberapa rak. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Monki!” teriak
Pipit, mencoba menghentikan si monyet dari kenakalannya. Namun ketika Monki
berbalik ke arahnya, Pipit jadi deg-degan. Jangan-jangan Monki akan
menjadikannya target lagi. Saking cemasnya Pipit sampai menahan napas.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Sekali lagi
Pipit mengembus lega. Tampaknya Monki tidak lagi tertarik pada gambar pisang di
belakang kaosnya. Mungkin Monki sudah tahu kalau itu bukan pisang betulan. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Rupanya Monki
punya sasaran baru. Ia tertarik pada jajanan di warung. Dia mengobrak-abrik di
situ. Stoples-stoples bergulingan. Isinya berhamburan. Namun Monki berhenti di
suatu tempat. Dia tertarik pada permen kacang. Monki menyobek bungkusnya dan
memakan isinya. Setelah habis, dia membuka bungkus lainnya. Pipit tertawa lucu
sementara ibunya bengong dagangannya dibuat kacau balau.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Cepat, usir.
Monki <st1:state w:st="on"><st1:place w:st="on">kan</st1:place></st1:state>
tidak bisa bayar permen kacangnya,” kata ibu Pipit.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Ibu benar.
Monki kan tidak punya uang,” sahut Pipit.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Sebetulnya Pipit
tidak berani menangkap Monki. Namun dicobanya juga. Ketika Monki sedang asyik
memakan permen kacang, Pipit mencoba menangkapnya. Sayang tidak berhasil. Monki
melompat ke bagian rak yang lebih tinggi. Untunglah tak lama dari itu Ilman
muncul. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Ilman!” seru
Pipit lega.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Aku sedang
mencari Monki, monyet peliharaanku. Apa ada di sini?” tanya Ilman. Ia memandang
berkeliling warung dan kaget. Warung Pipit terlihat berantakan. Sementara itu
Pipit langsung menunjuk rak tempat Monki berada. Ilman lebih kaget lagi. Di rak
yang ditunjuk Pipit tampak Monki sedang asyik menyobek bungkusan permen. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Monki, ayo
turun!” kata Ilman. Ia berjalan mendekat dan mengulurkan tangan untuk menangkap
monyet itu. Pipit dan ibunya terlihat lega ketika Monki sudah berada di tangan
pemiliknya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Monki kenapa,
sih?” tanya Pipit. Dia memang tidak terlalu kenal Monki. Tetapi ia juga belum
pernah mendengar cerita tentang Monki membuat kekacauan. Ilman tampak merasa
sangat tidak enak dengan kejadian ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Maaf, ya, Pit.
Maaf ya, Tante. Monki jadi mengacak-acak warung ini,” kata Ilman pada Pipit dan
ibunya. Kemudian ia pun menceritakan mengapa Monki bisa jadi seperti ini. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Sebenarnya semua ini salahku. Monki lari dari rumah. Dia ngambek gara-gara aku
sering lupa padanya. Padahal seharusnya kan aku yang merawat dan mengajaknya
bermain.” </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Oh, begitu,”
kata Pipit. Ia manggut-manggut karena sudah mengerti persoalannya. “Memang,
sih, kalau punya binatang peliharaan, kita harus menyayanginya dan merawatnya
dengan baik. Kita harus bertanggung jawab terhadap binatang peliharaan kita.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ilman
mengangguk. “Maaf ya, sudah bikin heboh,” sesal Ilman.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Pipit tersenyum.
“Tidak apa-apa, kok. Stoples-stoplesnya bisa disusun kembali,” katanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
“Terima kasih,
ya, Pit,” kata Ilman. Lalu ia beralih ke monyet peliharaannya. “Monki, maafin aku
juga ya. Aku janji akan merawatmu dengan baik.”</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Ilman pun
membawa Monki pulang. Sebelumnya ia berjanji akan mengganti kerusakan di warung
ibunya Pipit.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Sementara itu
Pipit membantu ibunya membenahi warung. Pagi itu Monki betul-betul sudan bikin
heboh.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<i>Cerita & illustrasi oleh Angewid</i></div>
<br />Ange Widurihttp://www.blogger.com/profile/09108829385990115233noreply@blogger.com0