Cerita Anak
Sebagai PR Bahasa Indonesia, Bu Rara memberi tugas kepada murid-muridnya untuk membuat sebuah karangan. Temanya adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Murid-murid diminta untuk menceritakan salah satu kegiatan yang biasa mereka lakukan setiap harinya.
“Tidak sulit, bukan? Kalian pilih
satu kegiatan, misalnya membersihkan rumah, memelihara ayam, bermain sepak bola
atau bermain alat musik. Yang penting kegiatan yang biasa kalian lakukan
sehari-hari. Ceritakan dalam karangan,” jelas Bu Rara.
“Ada yang ingin ditanyakan,
anak-anak?” tanya Bu Rara. “Apa sudah mengerti semua tentang PR-nya?”
“Mengerti, Buuuu,” jawab
anak-anak satu kelas.
“Bu Rara, kapan PR-nya
dikumpulkan?” tanya seorang murid bernama Bunga. Ia adalah ketua kelas.
“Besok pagi PR-nya dikumpulkan.”
“Baik, Buuuu.”
Sesuai perintah Bu Rara, keesokan
paginya, Bunga sudah mengumpulkan semua buku PR teman-temannya. Sekarang semua
buku PR sudah tersusun rapi di atas meja guru.
“Baiklah, anak-anak. Ibu akan
memanggil nama kalian satu persatu. Siapa yang namanya dipanggil, harap maju ke
depan dan bacakan karangannya.”
Mendengar perkataan Bu Rara,
seisi kelas jadi riuh.
“Tenang, semuanya. Jangan takut.
Kalian harus berani tampil ke depan. Ayo, saling memberi semangat,” kata Bu
Rara ceria. Anak-anak pun
menjadi lebih berani. Bu Rara mulai memanggil nama murid-muridnya.
Ada murid yang membuat karangan
tentang menyetrika pakaian. Bagaimana caranya agar pakaian tertentu yang
disetrika tidak sampai mengkerut.
“Wah, aku baru tahu kalau panas
yang diperlukan untuk menyetrika pakaian itu berbeda-beda. Tergantung dari
bahan pakaiannya,” kata seorang anak, ketika si pemilik karangan menyelesaikan
ceritanya.
“Informasi yang sangat
bermanfaat, bukan? Karangannya sangat bagus,” kata Bu Rara. Seisi kelas pun
bertepuk tangan.
Kemudian ada anak yang bercerita
tentang kegiatan membaca buku. Ia sangat suka membaca buku. Karena hobinya itu,
wawasannya menjadi bertambah. Sehabis membaca buku tentang fauna, ia jadi tahu
kalau gajah bisa berenang. Gajah menggunakan belalainya untuk bernapas saat
menyelam. Anak-anak yang mendengarkan berdecak kagum.
Selanjutnya adalah giliran Bunga.
Setelah Bu Rara memanggil namanya, Bunga segera maju ke depan kelas. Ia sedikit
gugup. Namun juga bersemangat. Setelah menerima buku PR-nya dari Bu Rara, Bunga
pun membacakan karangannya:
“Salah satu kegiatan yang biasa
saya lakukan setiap harinya adalah, ‘memotong pemberian lalu menyimpannya’,”
mulai Bunga.
Terdengar gumaman-gumaman kecil.
Memotong pemberian lalu menyimpannya? Tanya teman-teman Bunga dalam hati.
Bunga berhenti membaca sejenak.
Membuat teman-temannya menjadi penasaran.
“Setiap pagi sebelum berangkat ke
sekolah, ibu memberikan pemberian itu kepada saya. Pemberian itu saya potong
sebagian, lalu saya simpan di kotak rahasia.”
Kembali terdengar gumaman di
ruang kelas. Anak-anak semakin penasaran. Kotak rahasia? Sementara itu Bu Rara
memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu.
“Pemberian dari ibu tak lain
adalah uang jajan. Dan kotak rahasia itu adalah celengan,” Bunga melanjutkan. “Setiap
hari saya menyisihkan uang jajan yang diberikan ibu untuk ditabung. Rasanya
menyenangkan sekali saat saya bisa mengatur uang jajan itu dengan baik.
Sebagian untuk digunakan, sebagian lagi untuk disimpan.
“Saya tidak pernah menghitung
uang dalam celengan. Kata ibu kalau saya ingin membeli sesuatu, saya boleh
mengambil uang dari celengan itu. Ada beberapa benda yang ingin saya beli.
Tetapi kalau dipikir-pikir benda-benda itu tidak terlalu berguna. Jadi lebih baik
uang itu saya simpan saja.
“Suatu hari, saya sedang dalam
perjalanan pulang sekolah. Saya melihat seorang nenek terjatuh ketika berjalan.
Buru-buru saya menghampirinya. Kaki nenek tersebut sedikit terkilir. Saya pun
mengantar nenek tersebut pulang ke rumahnya.
“Di situlah saya bertemu dengan Dita,
cucu si nenek. Rupanya mereka sedang dalam kesulitan. Dita sedang membutuhkan
uang untuk membeli buku pelajaran. Sementara nenek belum punya cukup biaya.
Saya menawarkan untuk membantu Dita. Semula nenek menolak. Ia merasa tidak
enak. Tetapi saya yakinkan kepada nenek bahwa saya benar-benar ingin menolong.
“Akhirnya uang dalam celengan
saya pun terpakai juga. Tak terbayangkan! Rasanya sangat menyenangkan. Lebih
menyenangkan dibanding ketika saya mengumpulkannya. Uang yang saya tabung
selama ini akhirnya bisa digunakan untuk keperluan yang berguna.
“Sejak saat itu, saya jadi lebih
rajin menabung. Keren sekali kalau kita bisa mengatur uang yang kita miliki. Menabung
memang keren!”
Teman-teman sekelas Bunga
terpukau mendengar karangan itu. Mereka tidak menyangka kalau menabung bisa
sekeren itu.
“Bagus sekali, Bunga. Anak-anak,
mana tepuk tangannya?” kata Bu Rara.
Semuanya langsung bertepuk tangan
dengan meriah. Mereka juga bersorak-sorai.
“Bunga memang keren!” seorang
anak berseru.
“Iya, aku juga mau menabung, ah!”
sahut yang lain.
Bu Rara tersenyum melihat
kelakuan murid-muridnya.
“Anak-anak, perbuatan Bunga dapat
dijadikan contoh. Berbuat baik itu ternyata sungguh keren, bukan? Ayo, mulai
sekarang rajin menabung, ya.”
“Iya Buuuuu!” sahut anak-anak itu
ceria.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment