Dongeng
Di sebuah pulau
yang indah bernama pulau Ayem, hiduplah seorang tukang kebun yang sangat giat
bekerja. Ia bernama Pak Mot. Kebun yang dijaga Pak Mot ditanami berbagai ragam
bunga. Bunga yang paling disukai Pak Mot adalah bunga matahari. Setiap hari ia
menyempatkan diri berbincang-bincang dengan tanaman bunga mataharinya yang kini
tengah bermekaran.
Di antara semua bunga matahari di
sana, ada satu yang tumbuh tidak sempurna. Ia sangat kerdil dan kelopak
bunganya tidak bercahaya. Pak Mot juga heran mengapa bisa begitu. Padahal ia
sudah merawatnya dengan sangat baik. Mungkin belum waktunya saja bunga yang ini
tumbuh besar, pikir Pak Mot.
Sementara itu, si bunga matahari
yang kerdil ini merasa amat frustrasi. Ia ingin sekali seperti teman-temannya
yang lain. Punya mahkota bunga yang kuning cemerlang.
Suatu hari datanglah seseorang
yang ingin menjual pupuk kepada Pak Mot. Orang tersebut setengah memaksa agar
Pak Mot mau membeli pupuknya.
“Kalau boleh saya bicara, pupuk
ini sungguh istimewa. Lihat bunga matahari yang kerdil itu. Dengan pupuk ini
masalah si bunga matahari kerdil akan segera teratasi,” rayu si penjual pupuk.
Semula Pak Mot sangat berharap
apa yang dikatakan si penjual benar. Namun ketika ia meneliti pupuk yang
ditawarkan tersebut, Pak Mot kecewa. Ia tidak bisa menggunakan pupuk yang tidak
alami seperti itu. Walaupun mungkin bunga matahari kerdilnya akan bisa tumbuh
besar dengan cepat, tetapi hasilnya tidak akan menjadi lebih baik. Bisa jadi
setelah tumbuh besar bunga matahari itu langsung mati karena keracunan pupuk
yang tidak alami. Karenanya dengan halus dan sopan Pak Mot menolak tawaran
pupuk tersebut.
Mendengar hal itu, si penjual
tampak kecewa. Bahkan sedikit marah karena menurutnya Pak Mot tidak tahu
apa-apa soal pupuk. Namun ternyata yang paling kecewa adalah si bunga matahari
kerdil. Ia sangat marah karena Pak Mot tidak mau membeli pupuk itu untuk
dirinya.
Si penjual pupuk pun pulang
dengan merengut. Karena tidak memperhatikan jalan, ia sedikit tersandung dan
tanpa sadar menjatuhkan pupuknya. Pak Mot tidak memperhatikan karena ia sudah
sibuk kembali bekerja. Sementara itu, si bunga matahari kerdil melihatnya. Dan
dengan sedikit usaha keras, ia berhasil meraih pupuk itu dengan tangkainya.
“Kalau Pak Mot tidak mau
memberiku pupuk ini, biar aku lakukan sendiri,” sungut si bunga matahari kerdil.
Dan tanpa pikir panjang, ia pun memakan pupuk itu.
Sungguh ajaib! Seperti kata si
penjual pupuk, pupuk tersebut memang istimewa! Hanya dalam beberapa hari, si
bunga matahari kerdil sudah tumbuh besar menyaingi teman-temannya. Hingga ia
tidak bisa lagi disebut kerdil. Pak Mot sangat terkejut. Ia tidak mengerti apa yang
sedang terjadi. Pikirnya, mungkin memang sudah waktunya bunga matahari ini
tumbuh besar.
Namun, pertumbuhan si bunga
matahari tidak berhenti sampai di situ saja. Ia terus tumbuh hingga setinggi
rumah Pak Mot. Setinggi pohon kapuk. Terus setinggi bukit. Lalu setinggi
gunung. Dan akhirnya ia menutupi dengan kelopaknya seluruh pulau tempat tinggal
Pak Mot.
Pada awalnya orang-orang sangat
terpukau dengan si bunga matahari yang tumbuh sangat besar. Namun ketika ia
sudah terlampau besar, orang-orang mulai takut padanya. Alasannya adalah karena
ia menghalangi sinar matahari dan membuat bumi berguncang. Orang-orang sepakat
untuk menebang si bunga matahari. Pak Mot merasa amat sedih. Namun ia tidak
tahu harus berbuat apa. Bunga mataharinya telah membuat pulau Ayem gelap
sepanjang hari.
Ketika orang-orang tersebut
hendak menebang, si bunga matahari ternyata masih terus tumbuh. Ia sudah
terlampau besar sehingga manusia tidak sanggup menebangnya. Si bunga matahari
merasa lega. Ia sempat ketakutan sebelumnya.
“Pak Mot,” salah seorang dari
para penebang berkata. “Bapak harus segera cari cara untuk menebang tanaman
ini. Atau apa saja asal tanaman ini tidak berada di pulau Ayem lagi.”
“Ya, benar. Kami tidak suka
dengan tanaman ini,” sahut yang lain.
Mendengar semua perkataan itu, si
bunga matahari merasa sangat sedih. Dahulu ketika ia kerdil, ia tidak dikagumi.
Dan sekarang ia jadi bunga raksasa dan keadaan malah menjadi tambah parah.
Karena sudah tidak tahan dengan
semua perkataan itu, si bunga matahari mengeluarkan semua akarnya dari tanah.
Ia bermaksud hendak pergi mencari tempat tinggal lain. Namun, rupanya ia masih
saja terus tumbuh. Hingga akhirnya kelopak dan semua daunnya menutupi separuh
permukaan bumi. Keadaan jadi kacau balau. Bumi berguncang karena tidak stabil.
Mengapa bisa begini? Mengapa? Si
bunga matahari menangis tersedu-sedu. Dan karena sudah tidak ada tempat lagi di
bumi, ia mencari planet lain yang bisa dihuni. Tetapi karena tubuhnya yang
sangat besar, akhirnya ia hanya bisa duduk di cincin saturnus, sambil menangis.
Di keheningan alam semesta, si
bunga matahari merenungi semua kejadian ini.
Kalau saja aku mengikuti Pak Mot,
tidak memakai pupuk itu…
Ia kembali tersedu-sedu. Semua
sudah terjadi.
Hari-hari si bunga matahari
selanjutnya amatlah sepi. Ia rindu teman-temannya yang kuning cemerlang. Ia
juga sangat rindu pada Pak Mot yang selalu merawatnya setiap hari. Ia tidak
tahu apa yang bisa dilakukannya sekarang. Bahkan ia tidak tahu harus memberi
makan apa dirinya sendiri. Di sini tidak ada tanah yang bisa memberinya
nutrisi. Apalagi pupuk alami dari Pak Mot.
Karenanya, meskipun tubuhnya
besar, si bunga matahari sangat layu dan rapuh karena sudah lama tidak makan
dan minum.
Suatu hari, si bunga matahari
melihat sesuatu terbang melesat dengan sangat cepat. Kalau dilihat dari
arahnya, tampaknya sesuatu itu sedang menuju atmosfer bumi.
Benda apa itu? Si bunga matahari
bertanya-tanya.
Ya, ampun, itu meteor! Kalau
sampai jatuh ke bumi, bisa membahayakan nyawa penduduk bumi!
Wajah Pak Mot dan seluruh
penghuni kebun bunga melintas di pikiran si bunga matahari. Ia tidak ingin
mereka semua celaka. Ia harus melakukan sesuatu untuk menolong bumi dan
penduduknya.
Apa yang harus kulakukan? Si
bunga matahari membatin panik. Ia berpikir keras.
Kemudian ia melihat banyak asteroid melayang antara planet Mars dan Jupiter. Bunga
matahari pun mendapat sebuah ide. Kalau ia bisa membuat meteor ini menabrak
asteroid tersebut, bumi akan bisa diselamatkan.
Sebenarnya dibanding dengan
dirinya, ukuran meteor tersebut sangat kecil. Bunga matahari hanya perlu
menendang meteor tersebut ke arah kumpulan asteroid. Hanya saja, tubuhnya sudah
amat layu dan rapuh. Ia hampir tidak punya tenaga untuk menendang meteor itu.
Namun ia tidak berputus asa. Dengan usaha keras, akhirnya ia berhasil menendang
meteor tersebut ke arah kumpulan asteroid.
Ketika si meteor dan asteroid
bertabrakan, kedua benda angkasa itu hancur. Malangnya, tubuh si bunga matahari
yang lemah ikut terlempar ke arah kumpulan asteroid itu. Dan karena ia sudah
begitu rapuh, tubuh bunga matahari pun ikut hancur…
***
Beberapa waktu selang kejadian
tabrakan tersebut, Pak Mot mendapati sesuatu di kebun bunganya. Sebuah tunas
baru saja muncul di tempat tumbuh si bunga matahari kerdil sebelumnya.
Bagaimana tunas ini bisa muncul?
Aku belum menanam bibit baru di sini, Pak Mot bertanya-tanya dalam hati.
“Selamat pagi, sobat baru. Kali
ini aku akan berusaha lebih baik lagi. Agar kau bisa tumbuh dengan sangat
cemerlang,” kata Pak Mot sambil tersenyum.
Ternyata Pak Mot tidak tahu.
Ketika si bunga matahari raksasa hancur karena tabrakan meteor, salah satu benihnya
jatuh ke bumi. Tepatnya ke tempat ia semula tumbuh di kebun bunga Pak Mot.
Dan seterusnya si bunga matahari itu
tumbuh dengan sehat. Tampaknya waktunya telah tiba untuk dirinya menjadi bunga
matahari yang tumbuh kuning cemerlang.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
bagus ceritanya
ReplyDeleteGala bunga matahari, 2024
ReplyDelete