Fabel
Kiki si anak tupai amat mengagumi
rembulan. Ia bisa duduk berlama-lama memandangi bulan. Cici, saudaranya, jadi
sering menggodanya. Kata Cici,
“Kenapa kamu suka sekali bulan?
Matahari kan lebih istimewa. Ukurannya lebih besar. Sinarnya juga dibutuhkan
tumbuhan untuk fotosintesis. Malah matahari adalah pusat tata surya.”
“Tapi aku sangat senang
memandangi bulan. Kalau memandang matahari, mataku bisa sakit,” jawab Kiki.
“Coba pikirkan, sinar bulan kan
asalnya dari matahari. Kalau matahari menolak memberikan cahayanya, kamu tidak
mungkin bisa melihat bulan,” kata Cici.
“Tapi bulan itu sungguh cantik,”
ujar Kiki masih tetap dengan pendapatnya.
“Pokoknya matahari itu lebih baik
dibanding bulan. Bulan itu tidak ada apa-apanya,” kata Cici tak mau kalah.
Kiki memutar otak. Bukan soal
matahari atau bulan yang lebih baik. Semua benda dan makhluk adalah istimewa.
Hanya saja Kiki amat menyukai bulan. Bagaimana ia bisa membuat Cici mengerti,
ya?
Tanpa disangka-sangka, datanglah sebuah
kesempatan. Kiki yakin, ia bisa membuat Cici terpesona. Dengan hati gembira
Kiki menghampiri Cici yang tengah asyik mengupas kacang.
“Cici, aku punya berita untukmu!”
seru Kiki dengan mata berbinar-binar.
“Berita apa?” tanya Cici
penasaran.
“Tahu tidak? Aku dengar kabar,
kalau besok pagi matahari akan dicuri bulan!”
“Hah? Matahari dicuri bulan?”
ulang Cici tak yakin. “Aku tidak mengerti.”
“Begini,” jawab Kiki menjelaskan.
“Cahaya matahari memang sungguh luar biasa. Tapi bulan juga tidak kalah istimewa.
Ia bisa mencuri cahaya matahari, sehingga pagi besok suasana akan menjadi
sangat gelap. Seperti malam hari.”
Mendengar itu, Cici tertawa.
“Mana mungkin. Bagaimana cara bulan mencurinya?”
“Kalau kamu tidak percaya betapa
istimewanya bulan itu, tunggu saja besok,” jawab Kiki penuh percaya diri.
Pertahanan Cici mulai goyah
melihat keyakinan saudaranya itu. Matahari dicuri bulan? Bagaimana mungkin?
Bulan kan sangat kecil bila dibanding matahari. Bagaimana mungkin?
Esok hari belum pernah
dinanti-nanti seperti ini. Jantung Cici berdebar-debar. Kepalanya dipenuhi
banyak pertanyaan. Apakah yang dikatakan Kiki benar, bahwa matahari akan dicuri
bulan? Rasanya mustahil. Namun, saudaranya Kiki tidak mungkin berbohong. Kiki
tidak suka melakukannya. Bagaimana ini? Cici betul-betul dibuat bingung.
Matahari pagi sudah naik. Suasana
terang dan ceria. Rasanya tidak mungkin matahari akan hilang dan hari tiba-tiba
menjadi gelap.
“Lihat di sebelah situ!” seru
Kiki seraya menunjuk ke arah langit.
Sambil melindungi matanya karena
sinar matahari yang terang, Cici melihat ke arah yang ditunjuk saudaranya.
“Itu bulan,” kata Kiki.
Kiki benar. Tak jauh dari
matahari, terlihat bulan.
“Tak lama lagi bulan akan
mendekati matahari. Mencurinya. Dan jadi gelaplah pagi hari ini,” lanjut Kiki
seraya mengembangkan senyum.
Cici masih tak habis pikir. Namun
seperti yang dikatakan Kiki, bulan memang bergerak mendekati matahari.
“Hati-hati dengan matamu.
Memandang matahari secara langsung bisa merusak mata,” Kiki mengingatkan.
Perlahan namun pasti, bulan bergerak
mendekati matahari. Suasana meredup ketika sebagian matahari tertutup bulan.
“Cici, apa kamu lihat? Bulan
sedang mencuri matahari. Dia sudah mengambil sebagian. Tak lama lagi matahari
akan hilang. Suasana akan gelap seperti malam. Matahari dicuri bulan.”
Cici menanti dengan tegang. Apa
yang dikatakan Kiki benar. Matahari sudah hilang sebagian. Dan akhirnya
menghilang sama sekali. Hari menjadi gelap seperti malam.
“Kiki, matahari telah dicuri
bulan! Bagaimana ini?” kata Cici ketakutan.
“Bulan memang tak kalah istimewa
dengan matahari. Meskipun ukurannya kecil dan tidak punya cahaya sendiri, tapi
bulan bisa mencuri matahari,” kata Kiki.
“Iya, Kiki. Kamu memang benar.
Aku akui, bulan memang istimewa. Maafkan aku karena telah meragukan bulan.
Tapi, sekarang bagaimana?”
“Cici, kamu tenang saja. Bulan
tidak jahat, kok. Dia tidak bermaksud mencuri matahari selamanya. Lihat saja,
nanti akan ia kembalikan.”
Apa yang dikatakan Kiki benar.
Perlahan bulan bergerak dan mengembalikan sinar matahari sedikit demi sedikit.
Suasana mulai kembali terang.
“Tuh, bulan sudah mengembalikan
matahari,” kata Kiki. Ia merasa geli melihat ekspresi Cici yang tampak
tercengang.
Ketika akhirnya matahari sudah
kembali seperti semula, Cici tampak tercenung. Dia tidak mengatakan sepatah
kata pun.
“Cici, apa yang kamu pikirkan?”
tanya Kiki penuh perhatian.
“Aku sungguh takjub. Ternyata
bulan yang lebih kecil itu bisa mencuri matahari.”
Sambil tersenyum Kiki berkata,
“Itu tadi namanya gerhana matahari.”
“Gerhana matahari?” ulang Cici.
“Iya. Kejadian seperti itu tidak
terjadi setiap hari. Istimewa, ya?” jawab Kiki.
“Tapi, kenapa gerhana matahari
bisa terjadi?” tanya Cici.
“Oh, kalau itu, karena posisi
bulan pada waktu gerhana, berada di antara matahari dan bumi. Bayangan bulan
menutupi cahaya matahari. Makanya, di bumi jadi gelap seperti malam.”
“Oh, begitu,” ujar Cici sambil
mengangguk-angguk.
“Ngomong-ngomong, kamu pernah
dengar kalau bumi bisa mencuri bulan?” tanya Kiki santai.
“Bumi mencuri bulan?!” ulang Cici
nyaris memekik karena terpana. Kiki hanya mengangguk singkat. “Jangan
bercanda!” sambung Cici.
“Kalau kamu tidak percaya, ya
sudah,” kata Kiki lalu beranjak meninggalkan Cici yang masih terpelongo. Namun
sebelum benar-benar menghilang dari pandangan, Kiki berseru,
“Bumi bisa mencuri bulan! Dan itu
namanya gerhana bulan!”
Cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
booleh saya copy ceritanya kak Ange :)
ReplyDeleteSilakan, tapi bukan untuk tujuan komersil ya... :)
DeleteKak ange, boleh minta nomer wa?
ReplyDeleteSaya 0811495107 terimakasih
Sy mau membeli beberapa buku karya kak ange
Silakan lewat email ya. Alamatnya di "ABOUT ME". Terima kasih :)
DeleteTolong hubungi saya segera ya.
ReplyDeleteTerimakasih
Kak. Tidak terlihat alamat email kakak. Boleh share disini sajakah?
ReplyDeleteKirim ya
ReplyDeleteBgmn kalau saya ma u pesan buku ini
ReplyDeleteApakah dongeng2 tersebut di jual di gramedia
ReplyDelete