Dongeng
Kokebi adalah bintang kecil di langit
malam. Saat ini ia sedang bermuram hati. Dengan perasaan biru ia menatap
teman-temannya sesama bintang.
“Alangkah senangnya menjadi
cantik seperti mereka. Bersinar terang dan dikagumi,” gumam Kokebi.
Kokebi si bintang kecil terkaget
karena tanpa disangka ada yang menyahut.
“Memangnya kamu tidak cantik?”
kata suara itu.
“Oh, eh, Bibi Stella,” ujar Kokebi
agak tergagap.
“Kenapa kamu sendirian di sini?
Teman-temanmu semua berkumpul di sana. Lihat mereka, bersinar dan tertawa-tawa
gembira,” kata Bibi Stella.
Kokebi kesulitan menjawab
pertanyaan itu. Bagaimana ia bisa menjelaskan perasaannya? Ia hanyalah bintang
kecil yang tidak bersinar terlalu terang. Belum pernah ada yang memuji
keindahannya. Bahkan malah ada yang membuat lelucon tentang sinarnya yang tidak
terang. Tentu saja hal itu membuat hati Kokebi menjadi sedih.
Karena Kokebi diam saja, Bibi Stella
bertanya lagi.
“Menurutmu, kamu tidak cantik?”
Bibi Stella mengulangi pertanyaannya sebelumnya.
Dengan agak bersungut Kokebi
menjawab, “Bibi Stella bisa lihat sendiri, kan.”
“Ya, Bibi bisa lihat,” jawab Bibi
Stella santai.
“Tuh, kan,” sahut Kokebi.
“Tapi kamu juga bisa lihat
sendiri,” kata Bibi Stella lagi.
“Hah?” ujar Kokebi, tidak
mengerti maksud ucapan Bibi Stella.
Tanpa menjawab kebingunan Kokebi,
Bibi Stella menanyakan pertanyaan lain.
“Kamu tahu ada berapa jumlah
bintang di alam semesta?”
Kokebi berpikir sejenak. Ia tidak
tahu pasti jumlahnya. Namun ia menjawab, “Mungkin milyaran jumlahnya.”
Bibi Stella tersenyum. Sinarnya tampak berkerlip indah.
“Misalkan ada satu milyar
bintang. Kalau harus membuat ranking mana bintang tercantik dan mana bintang
yang paling tidak cantik, alangkah repotnya hidup ini.”
Mendengarnya Kokebi diam saja.
Namun tetap saja ia merasa sedih. Walau bagaimanapun, tetap saja ia tidak
bersinar seterang teman-temannya.
“Dari satu milyar bintang,
bagaimana mungkin tidak satu pun yang menganggapmu cantik?” kata Bibi Stella.
Kokebi masih diam saja.
“Setidaknya, ada satu bintang
yang menganggapmu cantik,” lanjut Bibi Stella.
Hanya satu bintang? Siapa itu? Kokebi
bertanya-tanya dalam hati.
“Kalau bintang yang satu ini
sampai bilang kamu jelek, sungguh keterlaluan sekali,” tegas Bibi Stella.
Keadaan hening. Bibi Stella tidak
mengatakan apa-apa lagi. Kokebi masih ragu dengan apa yang hendak ia katakan
selanjutnya. Percakapan mengenai cantik atau tidak cantik ini sungguh membuat Kokebi
galau.
Bibi Stella masih terus diam
saja. Seolah-olah menunggu Kokebi mengatakan sesuatu. Akhirnya, Kokebi tak
tahan lagi. Ia pun berkata,
“Siapa bintang yang satu itu?”
Mendengar pertanyaan itu, Bibi Stella
tersenyum riang.
“Siapa? Oh, tentu saja kamu mengenalnya.”
Bibi Stella diam lagi. Sinarnya
berkerlip-kerlip jenaka. Bikin Kokebi penasaran saja.
“Oh, ya? Siapa, sih?” tanya Kokebi.
Ia benar-benar penasaran.
“Baiklah. Bibi beri tahu. Namanya
adalah… Kokebi.”
Mendengar jawaban itu, Kokebi
sedikit bengong. Kokebi? Apa ada bintang lain bernama Kokebi? Apakah ia punya
teman yang juga bernama Kokebi? Kokebi siapa?
“Kokebi,” Bibi Stella memulai
kembali. Kali ini dengan suara lembut dan hangat. “Yang Bibi maksud, tak lain
adalah kamu sendiri. Jika dirimu sendiri beranggapan kamu jelek, bagaimana yang
lain akan menganggapmu cantik? Lagipula, pujian cantik atau tidak cantik itu
hanya deretan kata.”
Bibi Stella berhenti di situ. Kokebi
tampak merenungkan kata-kata itu. Bibi Stella melanjutkan kembali.
“Seperti Pluto, sekalipun seluruh
alam semesta mengatakan Pluto bukanlah planet, namun Pluto tetaplah benda angkasa
yang beredar mengelilingi matahari, sama seperti planet Bumi. Janganlah ejekan
dari luar mengganggu kebahagiaan kita. Seperti yang tadi Bibi bilang, itu
hanyalah deretan kata. Lagipula, dari satu milyar bintang yang ada, kamu baru
bertemu 0,0001 persennya saja. Sisanya bisa saja kelompok yang akan mengatakan
bahwa kamu adalah bintang kecil yang tercantik di langit malam.”
Seperti baru teringat sesuatu,
Bibi Stella berkata, “Oh, iya. Apa kamu pernah dengar tentang manusia?”
“Manusia?” ulang Kokebi. Baru
kali ini ia mendengarnya. Siapa itu Manusia?
“Belum pernah?” tanya Bibi Stella
lagi. Kokebi menggeleng.
“Manusia adalah penduduk planet
Bumi. Sekali-sekali coba kamu perhatikan mereka.”
“Kenapa?” tanya Kokebi tak paham.
“Kalau ada milyaran bintang, juga
ada milyaran makhluk lainnya. Ada planet-planet. Di planet Bumi, hidup milyaran
manusia, juga hewan dan tumbuhan. Jadi, kalau ada satu dua bintang yang
menyebut kita bintang yang jelek, alam semesta ini terlalu luas untuk hanya
merisaukan hal tersebut.”
Setelah mengatakan hal itu, Bibi Stella
pergi meninggalkan Kokebi yang masih tak paham. Akhirnya Kokebi mengikuti saran
Bibi Stella. Ia mencari tahu letak planet Bumi.
“Itu planet Bumi. Kecil sekali,”
gumam Kokebi setelah berhasil mengetahui keberadaan Bumi. “Oh, apa itu yang
namanya manusia?”
Lama Kokebi memperhatikan mereka.
Para manusia itu tampak saling mengobrol dan bercanda. Wajah mereka mendongak
menatap langit. Mereka terlihat gembira. Kemudian Kokebi terperanjat. Salah
seorang dari mereka menunjuk ke arahnya. Karena gugup sinar Kokebi jadi
berpendar-pendar. Dan Kokebi sungguh kehabisan kata-kata ketika mendengar apa
yang dikatakan manusia itu.
Dengan perasaan campur aduk haru
biru, sekarang Kokebi pun paham. Bibi Stella benar. Alam semesta ini terlalu
luas untuk memikirkan kata-kata dari hanya 0,0001 persen bintang yang ia kenal.
Ternyata Kokebi hanya perlu menoleh untuk melihat dari sudut pandang yang
berbeda. Alam semesta ini sungguhlah luas!
***
Di lain tempat, ada sekelompok
manusia yang sedang asyik bercakap-cakap di bawah langit malam yang penuh
bintang.
“Wah, langitnya cerah, ya?” kata
salah seorang dari mereka.
Temannya mengangguk. Sambil menunjuk
ke arah langit, ia berkata,
“Eh, lihat, lihat! Bintang kecil
yang di sana itu! Bintangnya berkerlap-kerlip. Indah, ya? Menurutku ia bintang
tercantik di langit malam.”
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
ka ange ceritanya boleh di ambil ga buat pelajaran sekolah
ReplyDeleteSilakan jika bukan untuk tujuan komersil. Tapi tetap menyertakan kredit nama penulis dan sumber cerita ya. Terima kasih :)
Delete