Dongeng
Di kepulauan Bolu-Bolu, tersebutlah sebuah kerajaan kecil. Di dalamnya ada seorang putri yang terkenal karena penuh kasih sayang kepada rakyatnya. Ia bernama Putri Ghania.
Seringkali orang-orang
mendatanginya. Kadangkala hanya untuk mengobrol. Putri Ghania yang hatinya
penuh kasih sayang selalu berhasil membantu orang-orang yang sedang dalam
masalah, menjadi bahagia kembali.
Akan tetapi, akhir-akhir ini
orang-orang yang mendatanginya seringkali pulang dalam keadaan hati yang tidak
berubah. Masalah mereka masih tidak terpecahkan, dan hati mereka tidak berubah
menjadi bahagia.
Putri Ghania merasa sedih
karenanya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Kasih sayangnya pada orang-orang
di sekitarnya, ataupun kepada rakyat-rakyatnya, sama besarnya seperti dulu.
Namun mengapa sekarang justru orang-orang yang datang kepadanya, pulang dengan
keadaan hati yang bersedih?
Untuk mencari tahu penyebabnya,
Putri Ghania pun mendatangi Raja—yang tak lain adalah ayahnya sendiri—untuk
meminta pendapatnya.
“Raja yang terhormat,” mulai
Putri Ghania, “Apakah Raja melihat ada perubahan pada diriku? Sekarang aku
tidak bisa lagi menebar kebahagiaan kepada orang-orang yang datang padaku.”
Raja menatap wajah putri
kesayangannya sambil menggumam “Hmmm”. Setelah berulang menggumamkan kata
“Hmmm” akhirnya Raja berkata,
“Putriku sayang, kau tetap sebaik
dan sepenuh kasih kepada orang lain seperti biasanya. Tidak ada yang berubah.”
“Tetapi…” Putri Ghania ragu.
“Bagaimana kalau kita
makan-makan?” kata sang Raja.
“Makan?” ulang Putri Ghania tak
habis pikir.
“Benar. Kita akan memesan makanan
apa saja yang kita sukai kepada juru masak istana. Setelah itu… setelah itu
kita akan pergi tidur cepat malam ini.”
“Tidur cepat?” ulang Putri
Ghania, makin tak habis pikir.
“Benar. Jangan tidur terlampau larut.
Mari, Putriku tersayang, kita makan-makan,” ajak Raja.
Saran Raja untuk makan-makan dan
tidur cepat tidak dipahami Putri Ghania sama sekali. Namun ia tetap
mengikutinya karena rasa hormatnya yang besar pada ayahnya.
Tak lama berselang dari itu,
Putri Ghania mendatangi Sang Ratu. Dia juga ingin mendengar saran dari ibunya.
Seperti yang dilakukan Sang Raja,
Ratu pun menatap wajah putri kesayangannya sambil menggumam “Hmmm”. Lalu Ratu
pun berkata,
“Hatimu masih sebaik dan sepenuh
kasih sayang kepada sesama seperti sebelumnya, anakku,” ucap Ratu.
“Tetapi…”
“Anakku,” kata Ratu dengan
suaranya yang lembut dan merdu. “Bagaimana kalau sekarang kita pergi mencuci
rambut lalu berhias?”
“Mencuci rambut? Berhias?” Putri
Ghania sungguh-sungguh terbelalak mendengarnya.
“Benar. Ayo, anakku.”
Karena rasa hormatnya yang besar
pada ibunya, Putri Ghania pun mengikuti saran Ratu.
Namun Putri Ghania masih ragu.
Apakah saran dari Raja dan Ratu dapat mengembalikan dirinya seperti semula?
Tetapi saran-saran itu sungguh aneh sekali. Sementara Putri Ghania sungguh
merasa sedih karena sudah tidak lagi bisa membantu orang-orang dengan kasih
sayangnya.
Saat Putri Ghania sedang duduk
termenung di taman kerajaan di suatu sore yang cerah dan berangin, seseorang
menepuk pundaknya pelan. Putri Ghania sedikit kaget. Dia menoleh dan mendapati
Pamannya sedang berdiri di sebelahnya.
“Wahai Putri Ghania yang penuh
kasih sayang, apa yang sedang kau pikirkan? Duduk termenung di taman
sendirian,” kata Paman.
“Oh, aku sedang memikirkan saran
dari Raja dan Ratu,” jawab Putri Ghania. Ia pun menceritakan semuanya kepada
Paman.
“Ooooh, begituuuu,” jawab Paman
dengan nada yang panjang dan bergelombang. “Kalau benar demikian, ayo, kita
lakukan sesuatu yang kita suka.”
“Lakukan sesuatu yang kita suka?”
ulang Putri Ghania.
“Benar. Apa hobimu, keponakanku
tersayang?” tanya Paman.
“Aku suka bermain layang-layang,”
jawab Putri Ghania.
Paman mendongak menatap langit.
Katanya, “Cuacanya cerah dan berangin. Cocok sekali untuk bermain
layang-layang. Ayo, kita ke lapangan yang terbuka.”
Putri Ghania sungguh
bersenang-senang sore itu. Sudah lama ia tidak bermain layang-layang. Paman
sungguh baik hati. Makanya, Putri Ghania sangat menghormatinya.
Entah apa sebabnya, sekarang
orang-orang yang datang menemui Putri Ghania, kembali pulang dengan perasaan
bahagia. Sang Putri sungguh senang akhirnya bisa kembali membantu orang-orang
yang mendatanginya.
Putri Ghania sedikit heran.
Sebetulnya apa yang sudah terjadi? Kalau dipikir-pikir, sejak ia mengikuti
saran Raja, Ratu dan Paman, sekarang ia telah kembali seperti sedia kala.
Karena tidak mengerti, Putri Ghania pun datang mengunjungi Raja.
“Raja yang terhormat, sejak aku mengikuti
saran Raja, keadaan kembali membaik. Sekarang aku bisa menebarkan kasih sayang
ke orang-orang yang datang menemuiku. Mereka yang datang dalam keadaan sedih,
akan pulang dalam keadaan bahagia. Tetapi, aku tidak mengerti sebabnya.”
“Oh, Putriku tersayang. Itu
karena sekarang tubuhmu lebih sehat. Apa kau tahu? Berbuat baik itu bukan hanya
pada orang lain saja. Tetapi juga pada diri sendiri. Karena itu makanlah yang
sehat dan tidurlah yang nyenyak.”
Putri Ghania mengangguk paham.
Selama ini dia kurang menyayangi tubuhnya sendiri. Karenanya, rasa kasih sayang
dalam hatinya sulit untuk keluar.
Kemudian, Putri Ghania menemui
sang Ratu. Ia mengajukan pertanyaan yang sama.
“Oh, anakku tersayang,” kata
Ratu. “Sebaiknya kau bercermin sekarang. Lihat dirimu, betapa bersih dan
cantiknya dirimu sekarang. Lihat rambutmu yang berkilau. Kulitmu yang bersih.
Wajahmu yang cerah. Tentu saja semua pesona itu akan memudahkan rasa kasih
sayang keluar dari dalam hatimu.”
Sekarang Putri Ghania mengerti.
Selama ini dia kurang merawat dirinya. Pantas saja ia suit menularkan kasih
sayang ke orang lain. Dirinya saja kurang ia sayangi.
Terakhir Putri Ghania mendatangi
Paman yang tengah asyik melukis.
“Apa aku mengganggu, Paman?”
tanya Putri Ghania.
“Tidak sama sekali, keponakanku
tersayang.”
Kemudian Putri Ghania menanyakan hal
serupa seperti yang telah ia tanyakan pada Raja dan Ratu.
“Ooooooh, ituuuuu,” ucap Paman
dengan nada yang panjang dan bergelombang. “Paman hobi melukis. Dan Paman akan
melukis kapanpun Paman ingin. Kau juga bisa bermain layang-layang kapan saja
kau mau. Kalau sekarang kau mau bermain layang-layang dan ingin ditemani, Paman
bersedia.”
“Oh, tidak usah, Paman. Biasanya
waktu-waktu seperti ini, tak lama lagi akan ada yang datang menemuiku untuk
meminta bantuan.”
“Kau sudah berjanji pada
orang-orang itu?” tanya Paman.
“Tidak.”
“Kalau begitu tidak masalah kalau
kau libur beberapa waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hatimu.
Memberi kasih sayang kepada orang lain, bukan berarti menyerahkan kebahagiaanmu
sendiri. Tetapi bisa dengan tidak menyakiti mereka.”
Akhirnya Putri Ghania benar-benar
paham. Betapa sulitnya membahagiakan orang lain kalau hatinya sendiri tidak
bahagia. Oleh karenanya, sekarang Putri Ghania tidak akan menyia-nyiakan
dirinya sendiri. Dia akan makan makanan yang sehat, tidur yang lelap, merawat
rambut dan kulitnya serta melakukan hobi yang disukainya.
Bahagianya hati Putri Ghania. Ia
bisa menebarkan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk dirinya
sendiri.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment