Sunday 18 January 2015

KASIH SAYANG PUTRI GHANIA

cerita-anak-putri-bermain-layang-layang-kartun

Dongeng

Di kepulauan Bolu-Bolu, tersebutlah sebuah kerajaan kecil. Di dalamnya ada seorang putri yang terkenal karena penuh kasih sayang kepada rakyatnya. Ia bernama Putri Ghania.

Seringkali orang-orang mendatanginya. Kadangkala hanya untuk mengobrol. Putri Ghania yang hatinya penuh kasih sayang selalu berhasil membantu orang-orang yang sedang dalam masalah, menjadi bahagia kembali.

Akan tetapi, akhir-akhir ini orang-orang yang mendatanginya seringkali pulang dalam keadaan hati yang tidak berubah. Masalah mereka masih tidak terpecahkan, dan hati mereka tidak berubah menjadi bahagia.

Putri Ghania merasa sedih karenanya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Kasih sayangnya pada orang-orang di sekitarnya, ataupun kepada rakyat-rakyatnya, sama besarnya seperti dulu. Namun mengapa sekarang justru orang-orang yang datang kepadanya, pulang dengan keadaan hati yang bersedih?

Untuk mencari tahu penyebabnya, Putri Ghania pun mendatangi Raja—yang tak lain adalah ayahnya sendiri—untuk meminta pendapatnya.

“Raja yang terhormat,” mulai Putri Ghania, “Apakah Raja melihat ada perubahan pada diriku? Sekarang aku tidak bisa lagi menebar kebahagiaan kepada orang-orang yang datang padaku.”

Raja menatap wajah putri kesayangannya sambil menggumam “Hmmm”. Setelah berulang menggumamkan kata “Hmmm” akhirnya Raja berkata,

“Putriku sayang, kau tetap sebaik dan sepenuh kasih kepada orang lain seperti biasanya. Tidak ada yang berubah.”

“Tetapi…” Putri Ghania ragu.

“Bagaimana kalau kita makan-makan?” kata sang Raja.

“Makan?” ulang Putri Ghania tak habis pikir.

“Benar. Kita akan memesan makanan apa saja yang kita sukai kepada juru masak istana. Setelah itu… setelah itu kita akan pergi tidur cepat malam ini.”

“Tidur cepat?” ulang Putri Ghania, makin tak habis pikir.

“Benar. Jangan tidur terlampau larut. Mari, Putriku tersayang, kita makan-makan,” ajak Raja.

Saran Raja untuk makan-makan dan tidur cepat tidak dipahami Putri Ghania sama sekali. Namun ia tetap mengikutinya karena rasa hormatnya yang besar pada ayahnya.

Tak lama berselang dari itu, Putri Ghania mendatangi Sang Ratu. Dia juga ingin mendengar saran dari ibunya.
Seperti yang dilakukan Sang Raja, Ratu pun menatap wajah putri kesayangannya sambil menggumam “Hmmm”. Lalu Ratu pun berkata,

“Hatimu masih sebaik dan sepenuh kasih sayang kepada sesama seperti sebelumnya, anakku,” ucap Ratu.

“Tetapi…”

“Anakku,” kata Ratu dengan suaranya yang lembut dan merdu. “Bagaimana kalau sekarang kita pergi mencuci rambut lalu berhias?”

“Mencuci rambut? Berhias?” Putri Ghania sungguh-sungguh terbelalak mendengarnya.

“Benar. Ayo, anakku.”

Karena rasa hormatnya yang besar pada ibunya, Putri Ghania pun mengikuti saran Ratu.

Namun Putri Ghania masih ragu. Apakah saran dari Raja dan Ratu dapat mengembalikan dirinya seperti semula? Tetapi saran-saran itu sungguh aneh sekali. Sementara Putri Ghania sungguh merasa sedih karena sudah tidak lagi bisa membantu orang-orang dengan kasih sayangnya.

Saat Putri Ghania sedang duduk termenung di taman kerajaan di suatu sore yang cerah dan berangin, seseorang menepuk pundaknya pelan. Putri Ghania sedikit kaget. Dia menoleh dan mendapati Pamannya sedang berdiri di sebelahnya.

“Wahai Putri Ghania yang penuh kasih sayang, apa yang sedang kau pikirkan? Duduk termenung di taman sendirian,” kata Paman.

“Oh, aku sedang memikirkan saran dari Raja dan Ratu,” jawab Putri Ghania. Ia pun menceritakan semuanya kepada Paman.

“Ooooh, begituuuu,” jawab Paman dengan nada yang panjang dan bergelombang. “Kalau benar demikian, ayo, kita lakukan sesuatu yang kita suka.”

“Lakukan sesuatu yang kita suka?” ulang Putri Ghania.

“Benar. Apa hobimu, keponakanku tersayang?” tanya Paman.

“Aku suka bermain layang-layang,” jawab Putri Ghania.

Paman mendongak menatap langit. Katanya, “Cuacanya cerah dan berangin. Cocok sekali untuk bermain layang-layang. Ayo, kita ke lapangan yang terbuka.”

Putri Ghania sungguh bersenang-senang sore itu. Sudah lama ia tidak bermain layang-layang. Paman sungguh baik hati. Makanya, Putri Ghania sangat menghormatinya.

Entah apa sebabnya, sekarang orang-orang yang datang menemui Putri Ghania, kembali pulang dengan perasaan bahagia. Sang Putri sungguh senang akhirnya bisa kembali membantu orang-orang yang mendatanginya.

Putri Ghania sedikit heran. Sebetulnya apa yang sudah terjadi? Kalau dipikir-pikir, sejak ia mengikuti saran Raja, Ratu dan Paman, sekarang ia telah kembali seperti sedia kala. Karena tidak mengerti, Putri Ghania pun datang mengunjungi Raja.

“Raja yang terhormat, sejak aku mengikuti saran Raja, keadaan kembali membaik. Sekarang aku bisa menebarkan kasih sayang ke orang-orang yang datang menemuiku. Mereka yang datang dalam keadaan sedih, akan pulang dalam keadaan bahagia. Tetapi, aku tidak mengerti sebabnya.”

“Oh, Putriku tersayang. Itu karena sekarang tubuhmu lebih sehat. Apa kau tahu? Berbuat baik itu bukan hanya pada orang lain saja. Tetapi juga pada diri sendiri. Karena itu makanlah yang sehat dan tidurlah yang nyenyak.”

Putri Ghania mengangguk paham. Selama ini dia kurang menyayangi tubuhnya sendiri. Karenanya, rasa kasih sayang dalam hatinya sulit untuk keluar.

Kemudian, Putri Ghania menemui sang Ratu. Ia mengajukan pertanyaan yang sama.

“Oh, anakku tersayang,” kata Ratu. “Sebaiknya kau bercermin sekarang. Lihat dirimu, betapa bersih dan cantiknya dirimu sekarang. Lihat rambutmu yang berkilau. Kulitmu yang bersih. Wajahmu yang cerah. Tentu saja semua pesona itu akan memudahkan rasa kasih sayang keluar dari dalam hatimu.”

Sekarang Putri Ghania mengerti. Selama ini dia kurang merawat dirinya. Pantas saja ia suit menularkan kasih sayang ke orang lain. Dirinya saja kurang ia sayangi.

Terakhir Putri Ghania mendatangi Paman yang tengah asyik melukis.

“Apa aku mengganggu, Paman?” tanya Putri Ghania.

“Tidak sama sekali, keponakanku tersayang.”

Kemudian Putri Ghania menanyakan hal serupa seperti yang telah ia tanyakan pada Raja dan Ratu.

“Ooooooh, ituuuuu,” ucap Paman dengan nada yang panjang dan bergelombang. “Paman hobi melukis. Dan Paman akan melukis kapanpun Paman ingin. Kau juga bisa bermain layang-layang kapan saja kau mau. Kalau sekarang kau mau bermain layang-layang dan ingin ditemani, Paman bersedia.”

“Oh, tidak usah, Paman. Biasanya waktu-waktu seperti ini, tak lama lagi akan ada yang datang menemuiku untuk meminta bantuan.”

“Kau sudah berjanji pada orang-orang itu?” tanya Paman.

“Tidak.”

“Kalau begitu tidak masalah kalau kau libur beberapa waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan hatimu. Memberi kasih sayang kepada orang lain, bukan berarti menyerahkan kebahagiaanmu sendiri. Tetapi bisa dengan tidak menyakiti mereka.”

Akhirnya Putri Ghania benar-benar paham. Betapa sulitnya membahagiakan orang lain kalau hatinya sendiri tidak bahagia. Oleh karenanya, sekarang Putri Ghania tidak akan menyia-nyiakan dirinya sendiri. Dia akan makan makanan yang sehat, tidur yang lelap, merawat rambut dan kulitnya serta melakukan hobi yang disukainya.


Bahagianya hati Putri Ghania. Ia bisa menebarkan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya, termasuk dirinya sendiri.

cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

No comments:

Post a Comment