Cerita Anak
Semua orang di desa Argalingga
mengenal Pak Beruntung. Wajahnya selalu tersenyum. Pak Beruntung terkenal
karena ia suka menolong sesama. Dan menurut orang-orang, ia selalu saja ditimpa
keberuntungan.
Suatu hari, salah seorang teman
Pak Beruntung (Pak Dudung namanya), ingin membuktikan bahwa tidak mungkin kalau
Pak Beruntung memang selalu beruntung. Maka ia pun memulai tipu muslihatnya.
Karena Pak Beruntung sangat suka
berjalan-jalan saat matahari terbit, Pak Dudung pun melancarkan aksinya. Pak Dudung
sudah mempelajari jalur favorit Pak Beruntung. Makanya pada tempat-tempat
tertentu, ia sudah meletakkan beberapa perangkap. Antara lain kulit pisang, kelereng
dan kotoran kambing.
Sembunyi-sembunyi Pak Dudung mengikuti
Pak Beruntung dari belakang. Ia ingin mengetahui secara langsung apakah
jebakannya berhasil atau tidak.
Jebakan pertama, yaitu kulit
pisang, Pak Beruntung dapat melewatinya dengan baik. Dia tidak menginjaknya
sama sekali. Usaha pertama Pak Dudung untuk membuat Pak Beruntung terpeleset
pun gagal.
“Masih ada jebakan berikutnya,”
batin Pak Dudung sedikit geram. “Ah, di depan sana ada jebakan kotoran
kambing!”
Pak Dudung menanti dengan tegang.
Sedikit lagi Pak Beruntung akan melewati kotoran kambing. Ketika tinggal satu
langkah lagi, tiba-tiba Pak Beruntung menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke
kiri, lalu berbelok dan berjalan menuju semak di pinggir jalan.
Pak Dudung yang menyaksikan dari
balik semak beberapa meter di belakang, menganga tak percaya. “Kenapa berbelok?
Tinggal satu langkah lagi! Mau apa ke semak-semak?” gerutunya.
Ternyata Pak Beruntung melihat
seekor anak kucing terjebak di semak-semak. Kakinya terlilit tanaman berduri
dan tidak bisa melepaskan diri. Pak Beruntung membantu anak kucing tersebut.
“Sekarang kamu sudah bebas,” kata
Pak Beruntung pada si anak kucing. Ia mengelus-elus kepala anak kucing
tersebut.
“Meooooong,” jawab si anak kucing
berterima kasih.
Pak Beruntung melanjutkan kembali
perjalanannya. Sementara Pak Dudung dengan perasaan jengkel masih tetap
mengikuti.
“Masih ada satu jebakan lagi.
Kali ini tidak mungkin gagal.”
Karena terlalu kesal, Pak Dudung
lupa pada jebakannya sendiri. Tanpa sadar, ia menginjak kotoran kambing.
“Uuuuh! Aaaah!” dengus Pak Dudung
makin jengkel.
Pak Beruntung yang tidak tahu
kalau sedang dikerjai, terus saja melangkah dengan hati riang. Setiap terdengar
suara kicau burung, dibalasnya dengan siulan yang merdu. Setiap kali angin
membelai lembut, Pak Beruntung menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan.
Akhirnya, jebakan ketiga pun
mendekat. Pak Dudung menanti dengan was-was. Dia menunggu dan mengintip dari
balik pohon bungur. Walaupun digigiti semut merah, ia tidak bisa keluar dari
persembunyiannya. Nanti ketahuan Pak Beruntung.
Semakin dekat! Dalam beberapa
langkah Pak Beruntung akan menginjak biji-biji kelereng yang tersebar di tanah.
Kalau kali ini perangkapnya
berhasil, Pak Dudung bisa membuktikan bahwa Pak Beruntung tidak selalu
beruntung seperti yang sering dikatakan orang-orang.
Dan akhirnya…
GEDEBUK!!!
Terdengar bunyi debam ketika Pak
Beruntung jatuh karena terpeleset. Lalu disusul bunyi cipratan. Pak Beruntung
terjatuh di dalam genangan berlumpur.
Pak Dudung terperangah melihat
kejadian itu. Sedikit tak percaya kalau caranya berhasil. Lalu kemudian dengan pongah
ia bergumam,
“Tuh, kan, tidak mungkin selalu
beruntung.”
Kemudian terdengar suara tawa
penuh kegembiraan. Pak Dudung memasang mata dan telinganya dengan saksama. Dan
karenanya ia amat kaget. Wajahnya sampai pucat karena tak percaya dengan apa
yang dilihatnya.
Tampak Pak Beruntung, yang sudah
belepotan lumpur, tertawa-tawa riang. Kemudian ia bangkit dan berlari-lari
sambil berjingkrak.
Pak Dudung menatap tak mengerti.
Bagaimana mungkin ada orang yang terjatuh dalam lumpur bisa menjadi sangat
bahagia?
Ternyata yang terjadi adalah
seperti ini. Di dalam genangan lumpur, Pak Beruntung menemukan sebuah kunci.
Pak Beruntung ingat, kalau Pak Mahmud si juragan kain telah kehilangan kunci
rumahnya subuh tadi. Makanya dengan penuh semangat Pak Beruntung menuju rumah
Pak Mahmud.
No comments:
Post a Comment