Dongeng
Airani adalah salah seorang peri
yang tinggal di Dunia Peri. Ada banyak peri yang hidup di sana. Semuanya
memiliki keahlian masing-masing. Ada Peri Penabur Bibit. Tugasnya adalah
menaburkan bibit-bibit tumbuhan di bumi dan menjaga kesuburannya. Ada pula Peri
Pelangi. Tugasnya adalah melukis pelangi di langit sehabis hujan.
Seperti semua peri lainnya, Peri Airani
juga memiliki satu keahlian khusus. Hanya saja, Peri Airani tidak yakin kalau
keahliannya itu istimewa. Karena tak lain dan tak bukan, Peri Airani adalah
seorang Peri Klepon.
“Hah? Klepon?”
Biasanya respon para Peri lain begitu
sewaktu Peri Airani memberitahu keahliannya. Tentu saja, di Dunia Peri hanya dia
seorang yang menjadi Peri Klepon.
“Apa itu Peri Klepon?”
Pertanyaan yang seperti itu akan
menyusul.
Sesuai dengan namanya, Peri
Klepon berarti Peri yang punya keahlian khusus membuat klepon. Dan
kadang-kadang, ada juga yang bertanya,
“Klepon itu apa, sih?”
Bahkan ada yang tidak tahu apa
itu klepon. Membuat Peri Airani sedih
saja. Padahal kan klepon adalah kue dari tepung beras ketan berisi gula merah yang
baunya wangi pandan dan rasanya enak sekali.
Suatu sore yang mendung, Peri Airani
tengah duduk melamun di dahan pohon di atas bukit. Ia sedang berpikir keras.
Apa kira-kira yang dapat dilakukannya sebagai seorang Peri Klepon? Rasanya menjadi
Peri Klepon tidak dapat menolong siapa pun. Ia sempat berpikir untuk menanggalkan
keahliannya itu. Tetapi sebagai konsekuensinya, dia akan kehilangan
kemampuannya selama-lamanya. Dan hanya akan menjadi Pembantu Peri. Tugas
seorang Pembantu Peri adalah membantu pekerjaan Peri lainnya.
Peri Airani jadi gundah. Di satu
sisi, ia ingin sekali menjadi berguna. Namun di sisi lain, dia enggan melepas
kemampuannya.
Tiba-tiba terdengar suara Angin
yang memanggilnya.
“Peri Airani.”
“Oh, Angin. Ada apa?”
“Kenapa wajahmu terlihat muram
begitu?” tanya Angin.
Lalu Peri Airani menceritakan
masalahnya. Angin bertiup lembut mendengarkan ceritanya.
“Jadi kamu bingung harus berbuat
apa?” tanya Angin. Peri Airani mengangguk. “Hmmm… memangnya menurutmu sebagai
Peri Klepon, kamu tidak bisa menjadi berguna?”
“Entahlah. Tapi, rasa-rasanya
tidak ada yang butuh bantuan berupa klepon,” jawab Peri Airani lesu.
“Apa kamu suka membuat klepon?”
tanya Angin lagi.
“Tentu saja aku menyukainya.
Hanya saja sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa,” jawab Peri Airani.
“Oh, hanya ada satu yang bisa kamu
lakukan,” ujar Angin.
Mata Peri Airani tiba-tiba
berbinar-binar. Seraya penuh harap ia berkata,
“Kamu tahu apa yang harus
kulakukan? Benarkah, Angin? Tolong katakan padaku.”
Jawaban yang diberikan Angin sungguh diluar
dugaan Peri Airani.
“Membuat klepon?” ulang Peri
Airani.
“Ya, benar. Teruslah membuat
klepon. Itulah keistimewaanmu. Dan bersabarlah. Suatu hari nanti kamu akan tahu
mengapa kamu ditakdirkan menjadi Peri Klepon.”
Hari-hari pun berganti. Peri
Airani tetap menjadi Peri Klepon. Ia membuatkan klepon untuk teman-temannya
sesama Peri. Ia membuatkan klepon untuk binatang-binatang sahabatnya di hutan.
Meskipun semuanya menyukai klepon buatannya, Peri Airani tetap merasa ia tidak
berbuat banyak.
Hingga suatu hari, Peri Airani
mendapat pesan tak biasa. Lonceng Peri miliknya berbunyi!
Biasanya Lonceng Peri akan
berbunyi apabila ada kejadian mendesak dan membutuhkan bantuan sang Peri. Namun
Peri Airani tak habis pikir, apa benar ada yang butuh bantuan klepon darinya?
Begini Lonceng Peri tersebut berbunyi:
“Tolong bantu aku. Turunkan hujan klepon di halaman rumahku.”
Meskipun bingung dengan
permintaan tolong itu, Peri Airani segera bergegas. Ternyata permohonan itu
disebutkan oleh seorang anak perempuan yang tinggal di sebuah desa kecil. Wajah
anak itu tampak murung. Sepertinya ia memang sedang kesulitan dan perlu
bantuan.
“Baiklah, akan kuberikan hujan
klepon yang istimewa!” seru Peri Airani. Belum sempat ia melakukannya, Peri
Airani menghentikan dirinya sendiri.
“Kalau benar-benar kuberikan
hujan klepon di halaman rumahnya, sepertinya akan jadi sia-sia.
Klepon-kleponnya akan pecah sewaktu jatuh ke tanah. Gula merah cairnya akan
tumpah. Lagipula klepon itu akan jadi kotor. Kleponnya jadi tidak bisa dimakan.
Bagaimana ini?”
Akhirnya Peri Airani memutuskan
untuk menyelidiki terlebih dahulu. Apa penyebab anak perempuan itu memohon
hujan klepon. Belum pernah ada orang yang punya keinginan demikian.
Karena seorang peri tidak dapat
dilihat oleh mata manusia, maka anak perempuan itu tidak tahu kalau Peri Airani
sedang mengintip lewat jendela kamar tidurnya.
“Bagaimana ini? Apa aku harus
bilang ke ibu? Tapi kasihan ibu. Kasihan sekali,” gumam anak tersebut. Dia sedang duduk di atas
tempat tidurnya sambil menangis. Di hadapannya ada keranjang dari anyaman. Anak
perempuan itu menatap sedih pada keranjang yang kosong itu.
“Bagaimana ini? Padahal ibu sudah
susah payah membuat klepon-klepon itu. Ibu juga menyisihkan uang belanjanya
demi membuat klepon itu. Kasihan ibu,” anak itu menggumam lagi. Kemudian
sambungnya, “Kasihan juga Kakek Suryo. Hidupnya susah. Ia juga hidup sendirian.
Kue klepon itu pasti sudah sangat ia harapkan. Aku sudah kepalang
memberitahunya kalau ibu akan membuatkannya klepon. Tapi klepon-klepon itu
sekarang sudah tidak ada. Aku ceroboh sekali sampai kleponnya jatuh dan jadi
rusak.”
Peri Airani manggut-manggut.
“Oooo… jadi begitu.” Dari balik jendela ia tersenyum memandang si anak
perempuan. “Anak perempuan yang baik hati. Baiklah, kalau begitu akan kuganti
klepon-klepon yang rusak itu. Tapi bukan dengan cara menurunkan hujan klepon.”
Peri Airani jadi terkikik
sendiri. Anak perempuan itu tentu sangat sedih sampai-sampai minta diturunkan
hujan klepon.
Karena lelah menangis, anak
perempuan itu terlelap sesaat. Ketika ia terbangun kembali, tiba-tiba
keranjangnya sudah penuh dengan kue klepon. Ia sungguh terheran-heran. Namun
juga penuh syukur.
Peri Airani merasa lega. Dan
rasanya sungguh bahagia sehabis berbuat kebaikan. Ternyata apa yang dikatakan Angin
memang benar. Apa yang dimiliknya sekarang sudah istimewa. Ia tidak perlu
mengubah dirinya menjadi seperti orang lain. Menjadi seorang Peri Klepon
ternyata sangat istimewa. Bahkan, sekadar sebutir kue klepon pun bisa menjadi sangat
berharga bagi seseorang.
Cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment