Sunday 21 September 2014

PESTA BUAT RAKA

ilustrasi-dongeng-cerita-anak-bergambar

Cerita Anak

SUDAH tiga minggu salah satu bangku di kelas empat A kosong. Itu adalah bangku milik Raka. Selama tiga minggu ini dia berada di rumah sakit. Tiga minggu yang lalu Raka mengalami kecelakaan. Karenanya ia harus dirawat di rumah sakit.

Suatu pagi di kelas empat A, Pak Guru membuat pengumuman.


“Anak-anak, Bapak ada berita gembira,” mulai Pak Guru. “Besok teman kita Raka akan kembali ke kelas ini.”

“Wah, Raka sudah sembuh ya, Pak?” tanya Erin. Pak Guru mengangguk. “Senangnya,” lanjut Erin. Walapun terkadang Raka suka usil, tetapi rasanya ada yang kurang kalau salah satu dari anak kelas empat A tidak masuk sekolah. Teman-teman yang lain berseru sependapat.

“Tapi Bapak juga ingin menyampaikan sesuatu. Raka sudah tiga minggu tidak sekolah. Dia sudah ketinggalan pelajaran cukup banyak. Jadi Bapak harap, kalian semuanya dapat membantu Raka mengejar ketertinggalannya.”

“Bai, Paaaaak,” gemuruh anak-anak satu kelas.

“Terima kasih anak-anak,” kata Pak Guru seraya tersenyum.

Esok hari pun tiba. Erin dan teman-teman satu kelas sudah menunggu-nunggu kedatangan Raka. Namun, hingga bel masuk berbunyi, Raka belum juga muncul. Ketika Pak Guru sudah masuk ke kelas pun, Raka masih belum kelihatan juga. Anak-anak jadi bertanya-tanya. Apa benar Raka akan masuk sekolah hari itu? Atau jangan-jangan Raka belum sembul total? Pak Guru juga tidak tahu apa penyebabnya.

Dan sekarang bel istirahat berbunyi. Raka masih belum masuk sekolah juga.

“Raka ke mana, ya? Katanya dia masuk sekolah hari ini. Kok belum datang,” kata Erin pada teman-temannya.

“Iya. Sudah lama ya kita tidak main sama Raka,” sahut Candra.

Ketika jam istirahat berakhir, Pak Guru membuat pengumuman baru. Ini tentang Raka. Anak-anak menanti dengan tegang.

“Anak-anak, Bapak tadi dapat kabar dari orang tua Raka. Rencananya Raka memang masuk sekolah hari ini. Tapi Raka tidak mau datang ke sekolah,” kata Pak Guru.

“Tidak mau sekolah? Kenapa, Pak?” tanya Erin keheranan.

“Anak-anak, Bapak ingin mengabarkan kalau Raka belum sembuh total.”

Terdengar seruan-seruan kaget memenuhi ruang kelas empat A.

“Kasihan, Raka,” seru seorang anak.

“Iya. Tentu membosankan kalau harus berada di rumah sakit terus,” sahut yang lain.

“Begini anak-anak. Sebetulnya Raka sudah sehat. Tapi akibat kecelakaan kemarin, Raka belum bisa menggunakan kakinya secara normal. Untuk sementara ini dia harus menggunakan kruk, alat bantu semacam tongkat untuk membantunya berjalan,” jelas Pak Guru.

“Jadi begitu,” gumam Erin penuh simpati. Selama ini Raka kan selalu nomor satu di pelajaran olahraga. Tentu Raka sangat sedih dengan keadaan kakinya sekarang, pikir Erin.

“Itulah sebabnya Raka tidak mau sekolah. Raka merasa malu. Dia juga khawatir tidak punya teman lagi karena tidak bisa bermain bersama.”

“Kasihan sekali,” kata Candra.

“Apa kalian bisa membantu?” tanya Pak Guru.

“Bagaimana caranya, Pak?” tanya Erin.

“Kita harus membuat Raka tidak merasa dibedakan. Sekalipun dia harus berjalan memakai kruk. Ada yang punya usul?” kata Pak Guru.

Anak-anak mulai berpikir. Apa yang bisa mereka lakukan agar Raka tidak merasa malu memakai kruk?

“Supaya kita semua sama, yang lain juga ke sekolah pakai kruk saja,” usul Rino.

“Ah, Rino. Kamu ada-ada saja. Memangnya kamu punya kruk?” kata Candra.

“Tidak punya, sih,” jawab Rino sambil cengengesan.

“Saya punya usul, Pak Guru,” kata Erin seraya mengangkat tangan kanannya. “Bagaimana kalau kita buat pesta selamat datang buat Raka. Kita bisa tunjukkan pada Raka kalau kita benar-benar ingin Raka masuk sekolah lagi.”

“Wah, idenya boleh juga,” sahut Candra.

“Bagaimana, anak-anak, kalian semua setuju dengan usul Erin?” tanya Pak Guru.

“Setuju, Pak,” jawab seisi kelas kompak.

Pak Guru dan seluruh murid kelas empat A pun bekerja sama menyiapkan pesta buat Raka. Mereka mendekorasi ruang kelas dengan tulisan selamat datang. Mereka juga menggantung hiasan warna-warni di sekeliling dinding. Kelas jadi terlihat begitu ceria. Anak-anak juga menyiapkan sebuah lagu untuk menyambut kedatangan Raka.

Karena Pak Guru pandai bermain gitar, maka Pak Guru akan memainkan gitarnya sementara murid-muridnya bernyanyi.

Beberapa hari kemudian Pak Guru memberitahukan bahwa Raka akhirnya akan datang. Orangtuanya telah berhasil membujuknya untuk masuk sekolah. Murid-murid kelas empat A menanti dengan tegang.

Semua anak sudah siap pada posisinya masing-masing. Dan ketika akhirnya Raka masuk ke kelas dengan menggunakan kruk, terdengarlah seruan penuh semangat,

“Selamat datang, Raka!”

Semua teman satu kelas Raka bertepuk tangan meriah. Raka tampak terpana dengan kemeriahan ini. Dia tidak menyangka akan disambut begini oleh teman-temannya.

Dua orang anak menuntun Raka ke depan kelas. Kemudian Pak Guru mengambil gitarnya. Dan anak-anak pun mulai menyanyikan lagu dengan gembira. Mereka bersorak-sorak sambil bertepuk tangan. Bahkan Rino sambil menari-nari konyol. Anak-anak yang lain tertawa geli melihat tingkahnya.

Erin kemudian membacakan pidato singkat. Dia menyampaikan kegembiraannya dan teman-teman lainnya karena Raka akhirnya bisa berkumpul lagi bersama. Raka merasa sangat terharu dengan perhatian teman-temannya itu.

Setelah Erin menyelesaikan pidatonya, semua anak menyalami Raka satu persatu. Mereka mengucapkan selamat datang dengan penuh riang. Terakhir Pak Guru yang menyalami Raka.

“Selamat kembali ke sekolah, Raka,” kata Pak Guru. “Teman-teman semua sudah lama menunggu-nunggu kedatanganmu. Jika kamu butuh bantuan yang lain, jangan sungkan-sungkan. Katakan saja pada mereka. Seperti halnya mereka, yang tidak akan sungkan-sungkan bila mereka butuh bantuanmu.”

“Terima kasih, Pak Guru. Terima kasih, teman-teman,” kata Raka. Dia begitu tersentuh dengan kebaikan teman-temannya dan juga Pak Guru. Dia tidak menyangka akan disambut seperti ini. Padahal sebelumnya ia khawatir teman-temannya akan mengejek kakinya. Raka jadi tahu sekarang. Ia tidak boleh berburuk sangka dan harus selalu berpikiran positif. Raka juga berjanji pada dirinya sendiri. Akan terus bersemangat sekolah. Tidak akan menyia-nyiakan sekolahnya. Sekalipun harus menggunakan kruk untuk berjalan.

cerita dan ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

No comments:

Post a Comment