Cerita Anak
SUDAH tiga minggu salah satu bangku di kelas empat A kosong. Itu
adalah bangku milik Raka. Selama tiga minggu ini dia berada di rumah sakit.
Tiga minggu yang lalu Raka mengalami kecelakaan. Karenanya ia harus dirawat di
rumah sakit.
Suatu pagi di kelas empat A, Pak
Guru membuat pengumuman.
“Wah, Raka sudah sembuh ya, Pak?”
tanya Erin. Pak Guru mengangguk. “Senangnya,” lanjut Erin. Walapun terkadang
Raka suka usil, tetapi rasanya ada yang kurang kalau salah satu dari anak kelas
empat A tidak masuk sekolah. Teman-teman yang lain berseru sependapat.
“Tapi Bapak juga ingin
menyampaikan sesuatu. Raka sudah tiga minggu tidak sekolah. Dia sudah ketinggalan
pelajaran cukup banyak. Jadi Bapak harap, kalian semuanya dapat membantu Raka
mengejar ketertinggalannya.”
“Bai, Paaaaak,” gemuruh anak-anak
satu kelas.
“Terima kasih anak-anak,” kata Pak
Guru seraya tersenyum.
Esok hari pun tiba. Erin dan
teman-teman satu kelas sudah menunggu-nunggu kedatangan Raka. Namun, hingga bel
masuk berbunyi, Raka belum juga muncul. Ketika Pak Guru sudah masuk ke kelas
pun, Raka masih belum kelihatan juga. Anak-anak jadi bertanya-tanya. Apa benar Raka
akan masuk sekolah hari itu? Atau jangan-jangan Raka belum sembul total? Pak
Guru juga tidak tahu apa penyebabnya.
Dan sekarang bel istirahat
berbunyi. Raka masih belum masuk sekolah juga.
“Raka ke mana, ya? Katanya dia
masuk sekolah hari ini. Kok belum datang,” kata Erin pada teman-temannya.
“Iya. Sudah lama ya kita tidak
main sama Raka,” sahut Candra.
Ketika jam istirahat berakhir, Pak
Guru membuat pengumuman baru. Ini tentang Raka. Anak-anak menanti dengan
tegang.
“Anak-anak, Bapak tadi dapat
kabar dari orang tua Raka. Rencananya Raka memang masuk sekolah hari ini. Tapi Raka
tidak mau datang ke sekolah,” kata Pak Guru.
“Tidak mau sekolah? Kenapa, Pak?”
tanya Erin keheranan.
“Anak-anak, Bapak ingin
mengabarkan kalau Raka belum sembuh total.”
Terdengar seruan-seruan kaget memenuhi
ruang kelas empat A.
“Kasihan, Raka,” seru seorang
anak.
“Iya. Tentu membosankan kalau
harus berada di rumah sakit terus,” sahut yang lain.
“Begini anak-anak. Sebetulnya Raka
sudah sehat. Tapi akibat kecelakaan kemarin, Raka belum bisa menggunakan kakinya
secara normal. Untuk sementara ini dia harus menggunakan kruk, alat bantu
semacam tongkat untuk membantunya berjalan,” jelas Pak Guru.
“Jadi begitu,” gumam Erin penuh
simpati. Selama ini Raka kan selalu nomor satu di pelajaran olahraga. Tentu
Raka sangat sedih dengan keadaan kakinya sekarang, pikir Erin.
“Itulah sebabnya Raka tidak mau
sekolah. Raka merasa malu. Dia juga khawatir tidak punya teman lagi karena
tidak bisa bermain bersama.”
“Kasihan sekali,” kata Candra.
“Apa kalian bisa membantu?” tanya
Pak Guru.
“Bagaimana caranya, Pak?” tanya
Erin.
“Kita harus membuat Raka tidak
merasa dibedakan. Sekalipun dia harus berjalan memakai kruk. Ada yang punya
usul?” kata Pak Guru.
Anak-anak mulai berpikir. Apa
yang bisa mereka lakukan agar Raka tidak merasa malu memakai kruk?
“Supaya kita semua sama, yang
lain juga ke sekolah pakai kruk saja,” usul Rino.
“Ah, Rino. Kamu ada-ada saja.
Memangnya kamu punya kruk?” kata Candra.
“Tidak punya, sih,” jawab Rino
sambil cengengesan.
“Saya punya usul, Pak Guru,” kata
Erin seraya mengangkat tangan kanannya. “Bagaimana kalau kita buat pesta
selamat datang buat Raka. Kita bisa tunjukkan pada Raka kalau kita benar-benar
ingin Raka masuk sekolah lagi.”
“Wah, idenya boleh juga,” sahut Candra.
“Bagaimana, anak-anak, kalian
semua setuju dengan usul Erin?” tanya Pak Guru.
“Setuju, Pak,” jawab seisi kelas
kompak.
Pak Guru dan seluruh murid kelas empat
A pun bekerja sama menyiapkan pesta buat Raka. Mereka mendekorasi ruang kelas
dengan tulisan selamat datang. Mereka juga menggantung hiasan warna-warni di
sekeliling dinding. Kelas jadi terlihat begitu ceria. Anak-anak juga menyiapkan
sebuah lagu untuk menyambut kedatangan Raka.
Karena Pak Guru pandai bermain
gitar, maka Pak Guru akan memainkan gitarnya sementara murid-muridnya
bernyanyi.
Beberapa hari kemudian Pak Guru
memberitahukan bahwa Raka akhirnya akan datang. Orangtuanya telah berhasil membujuknya untuk masuk
sekolah. Murid-murid kelas empat A menanti dengan tegang.
Semua anak sudah siap pada
posisinya masing-masing. Dan ketika akhirnya Raka masuk ke kelas dengan menggunakan
kruk, terdengarlah seruan penuh semangat,
“Selamat datang, Raka!”
Semua teman satu kelas Raka
bertepuk tangan meriah. Raka tampak terpana dengan kemeriahan ini. Dia tidak
menyangka akan disambut begini oleh teman-temannya.
Dua orang anak menuntun Raka ke
depan kelas. Kemudian Pak Guru mengambil gitarnya. Dan anak-anak pun mulai
menyanyikan lagu dengan gembira. Mereka bersorak-sorak sambil bertepuk tangan.
Bahkan Rino sambil menari-nari konyol. Anak-anak yang lain tertawa geli melihat
tingkahnya.
Erin kemudian membacakan pidato
singkat. Dia menyampaikan kegembiraannya dan teman-teman lainnya karena Raka
akhirnya bisa berkumpul lagi bersama. Raka merasa sangat terharu dengan
perhatian teman-temannya itu.
Setelah Erin menyelesaikan
pidatonya, semua anak menyalami Raka satu persatu. Mereka mengucapkan selamat
datang dengan penuh riang. Terakhir Pak Guru yang menyalami Raka.
“Selamat kembali ke sekolah, Raka,”
kata Pak Guru. “Teman-teman semua sudah lama menunggu-nunggu kedatanganmu. Jika
kamu butuh bantuan yang lain, jangan sungkan-sungkan. Katakan saja pada mereka.
Seperti halnya mereka, yang tidak
akan sungkan-sungkan bila mereka butuh bantuanmu.”
“Terima kasih, Pak Guru. Terima
kasih, teman-teman,” kata Raka. Dia begitu tersentuh dengan kebaikan
teman-temannya dan juga Pak Guru. Dia tidak menyangka akan disambut seperti
ini. Padahal sebelumnya ia khawatir teman-temannya akan mengejek kakinya. Raka
jadi tahu sekarang. Ia tidak boleh berburuk sangka dan harus selalu berpikiran
positif. Raka juga berjanji pada dirinya sendiri. Akan terus bersemangat
sekolah. Tidak akan menyia-nyiakan sekolahnya. Sekalipun harus menggunakan kruk
untuk berjalan.
cerita dan ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment