Fabel
Umang adalah seekor kelomang darat. Dia tinggal di pesisir
pantai. Dia selalu mengenakan pakaian supaya terlihat sopan bila sedang
berinteraksi dengan teman-temannya. Umang menggunakan cangkang sebagai
pakaiannya. Cangkang yang dimilikinya sangat indah.
Bela dan Pongan adalah sahabat baiknya. Umang sangat
senang bila mereka memuji cangkangnya. Dia selalu berburu cangkang baru. Dia
sering sekali berganti cangkang lalu mempertunjukkannya kepada teman-temannya. Bela
dan Pongan cuma bisa geleng-geleng kepala.
Koleksi cangkang milik Umang banyak sekali. Beberapa
waktu sekali dia akan mengadakan pameran cangkang. Suatu hari datang seekor
kelomang gemuk yang mengenakan cangkang yang kekecilan. Dia meminta salah satu
dari koleksi cangkang Umang yang cocok dengan tubuhnya yang besar. Sayang
sekali, cangkang itu adalah salah satu favorit Umang. Umang menimbang sejenak lalu berkata,
“Maaf, saya tidak bisa memberikannya.”
Kelomang gemuk itu pulang dengan perasaan sedih. Selama
ini dia telah mencari kemana-mana cangkang yang cocok dengan tubuhnya yang
besar.
Bela menyesali perbuatan temannya itu.
“Kasihan kelomang tadi. Seharusnya berikan saja cangkang
itu. Kamu kan
masih punya cangkang yang lainnya,” katanya menasihati.
“Tapi itu cangkang
favoritku,” jawab Umang keras kepala.
Waktu berlalu. Umang masih berburu cangkang-cangkang
baru. Koleksinya semakin banyak. Dia bahkan tidak bisa mengingat semuanya. Pongan
merasa temannya itu sudah kelewatan.
“Umang, kamu kan
tidak memerlukan semua cangkang itu,” Pongan memperingatkan.
“Aku butuh semua
koleksiku!” bantah Umang.
Suatu hari, Umang menemukan sebuah cangkang yang sangat
cantik. Dia segera melepaskan cangkang di tubuhnya dan menggantinya dengan
cangkang yang baru itu.
Cangkang tersebut tidak muat untuknya. Ukurannya terlalu
kecil. Tetapi Umang tidak peduli. Dia menarik dan menarik cangkang itu agar
tubuhnya bisa masuk. Akhirnya, ia berhasil.
“Wah, aku yakin aku kelihatan keren dengan cangkang baru
ini meskipun agak sedikit kecil. Aku…aku tidak bisa bernapas…tolong…”
Untuk sesaat Umang bergulat dengan cangkang baru itu dan
mulai kehabisan napas.
“Tolong… Bela… Pongan…” rintihnya.
Pongan dan Bela tidak ada di sana untuk menolongnya.
Kasihan Umang. Dia sudah tidak tahan lagi. Syukurlah, datang seseorang yang
membantunya melepaskan cangkang tersebut.
“Terima kasih banyak. Kamu telah menolongku,” kata Umang sungguh-sungguh.
Dia mendongak dan kaget. Ternyata yang menolongnya barusan adalah kelomang
gemuk yang pernah meminta salah satu cangkangnya, namun ia tolak.
“Jangan khawatir. Aku sudah punya cangkang baru sekarang,” kata kelomang gemuk itu. Dia
menunjukkan sebuah botol plastik bekas sebagai cangkangnya.
Umang merasa bersalah. Kejadian ini telah memberinya
sebuah pelajaran. Selama ini dia sudah berlebih-lebihan. Akhirnya Umang membagikan koleksi
cangkangnya kepada yang membutuhkan.
“Aku kan tidak membutuhkan semuanya,” kata Umang kepada teman-temannya.
Pongan, Bela dan kelomang gemuk yang kini menjadi sahabat
baru Umang, membantu mendonasikan cangkang-cangkang koleksi Umang.
Umang merasa berbeda dan lebih berbahagia karenanya. Tentu saja, berbuat baik
itu memang menyenangkan. Kadang-kadang, bila dia bertemu dengan seekor kelomang
kecil yang tidak punya cangkang, dia rela berbagi cangkang miliknya. Karena
itulah teman-temannya sangat menyayangi Umang, begitu pula sebaliknya.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment