Sunday 31 May 2015

DETEKTIF PLASMO: KASUS HILANGNYA TANAMAN KAKTUS - BAGIAN 1

detektif-plasmo-control-room

Cerita Anak

Plasmo adalah seorang detektif luar angkasa. Walaupun masih sangat muda, banyak kasus yang telah berhasil ia pecahkan. Kali ini kasus yang sedang ia hadapi terjadi di bumi. Sebuah benda kesayangan seorang profesor baru saja dicuri. Ketika Plasmo ditunjukkan foto benda yang hilang tersebut, ternyata sebuah tanaman kaktus. Asisten Plasmo, X-Boya si robot, memindai ruangan tempat terakhir tanaman kaktus tersebut terlihat.


“Apa yang kamu temukan, X-Boya?” tanya Plasmo.

“Tidak ditemukan jejak asing,” jawab X-Boya.

Hmmm, ternyata si pencuri sangat ahli. Dia tidak meninggalkan sidik jari sedikit pun, Plasmo menimbang dalam hati.

Namun yang membuat Plasmo paling penasaran, adalah tanaman kaktus itu sendiri. Mengapa tanaman ini begitu penting bagi si profesor?

Nanti saja kutanyakan. Sekarang yang penting aku harus menemukan tanaman kaktus ini, putus Plasmo.

Setelah mengumpulkan semua data yang diperlukan, Plasmo dan X-Boya masuk ke pesawat kecil mereka untuk kembali ke markas.

“X-Boya, coba kamu temukan semua data tanaman kaktus yang ada di dunia ini,” kata Plasmo, ketika mereka sudah sampai di markas.

“Hah?” X-Boya tercengang. Meksipun robot, ia juga bisa kaget. “Tapi itu kan banyak sekali,” protes X-Boya.

“Dicoba saja dulu. Ayo, jangan malas,” kata Plasmo. Ia cekikikan melihat X-Boya yang berusaha terlihat cemberut dengan wajah robotnya.

Sementara X-Boya sibuk mendapatkan semua data kaktus seluruh dunia, Plasmo mempelajari catatan yang ia buat saat melakukan penyelidikan di rumah profesor.

“Tanaman kaktus sudah tak terlihat lagi sejak jam 4 sore tanggal 31 Mei 2015. Dari jam 1 siang profesor mengaku pergi mengunjungi sahabat lamanya di ujung kota. Dia sampai di rumah pukul empat sore dan menemukan tanaman kaktusnya sudah hilang.

“Di rumah tidak orang lain. Tidak ada saksi yang melihat kemungkinan pencuri masuk. Di rumah juga hanya ada sidik jari profesor. Hmm… apa mungkin…” Plasmo tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia beralih ke asisten robotnya. “X-Boya, apa kamu menemukan sesuatu?”

“Negatif. Di bumi tidak ditemukan kaktus yang cocok dengan tanaman kaktus yang hilang.”

“Hmm… aneh. Bagaimana dengan di planet lain?”

“Tunggu sebentar,” kata X-Boya. Setelah beberapa menit lamanya, X-Boya berkata, “Tidak ditemukan kecocokan.”

Plasmo mendesa kecewa.

“ Eh, apa ini?” kata X-Boya tiba-tiba.

“Ada apa, X-Boya?” seru Plasmo dan segera menghampiri asistennya tersebut.

“Ada sedikit keganjilan di ruang waktu.”

“Apa maksudmu?” tanya Plasmo, semangatnya mulai bangkit.

“Ada benda teridentifikasi mirip tanaman kaktus yang hilang, yang melintasi ruang waktu.”

“Maksudmu kaktus itu dibawa ke masa lain?” tanya Plasmo.

X-Boya mengangguk ragu. Lalu katanya, “Ke masa depan.”

Sejenak Plasmo merenung. “Kalau memang itu yang terjadi, berarti pencurinya berasal dari masa depan,” gumam Plasmo. “X-Boya, apa kamu bisa melacak siapa yang membawa kaktus itu ke masa depan? Kalau kita berhasil mengetahui datanya, kita bisa segera menangkap pencuri itu.”

“Baiklah, aku coba dulu,” jawab X-Boya.

X-Boya membutuhkan waktu cukup lama untuk mengumpulkan data orang yang mengambil kaktus tersebut. Hingga malam tiba, X-Boya masih belum juga menyelesaikannya.

“Kenapa lama sekali?” tanya Plasmo.

“Aku sudah mendapatkan data pencuri itu. Namun aku kesulitan mencocokkan datanya dengan penduduk bumi.”

“Cari yang paling mirip.”

“Data yang paling mirip ada sekitar 1.036.481 orang.”

“Wah, kenapa banyak sekali? Aneh!” Plasmo kaget. Tetapi kalau benar begitu, berarti ada 1.036.481 orang yang sangat mirip dengan profesor. Kalau harus menyelidiki orang-orang tersebut satu per satu, bisa memakan waktu yang sangat lama. Apa yang harus kulakukan? Plasmo membatin.

Plasmo merenung. Otaknya berpikir keras. Ia mencoba menemukan kemungkinan pemecahan masalahnya. Ini adalah kasus pertamanya yang berkaitan dengan pencuri  yang berasal dari masa depan.

“Apa bisa kita memindai masa depan untuk menemukan lokasi tanaman kaktus itu?” tanya X-Boya, memecahkan renungan Plasmo.

Dengan lesu Plasmo menggeleng. “Kita tidak bisa melakukannya. Tanaman kaktus itu sudah dibawa ke masa depan. Kita tidak bisa memindai masa depan, karena pada saat ini masa depan belum terjadi.”

“Apa kita harus menuggu tiga minggu?” tanya X-Boya.

“Tiga minggu?” ulang Plasmo.

“Dari hasil analisis ruang waktu, tanaman kaktus tersebut dibawa ke masa tiga minggu dari sekarang,” jawab X-Boya.

“Kalau harus menunggu tiga minggu untuk memindai, tidak ada gunanya. Kita tinggal menangkap basah saja pencurinya di waktu itu. Tapi tiga minggu waktu yang terlalu lama. Kita tidak bisa membiarkan klien kita menunggu hingga selama itu.”

“Lalu bagaimana? Kita hanya bisa memindai keberadaan kaktus tersebut tiga minggu dari sekarang,” kata X-Boya.

“Tiga minggu…” gumam Plasmo. “Benar! Kamu benar, X-Boya! Kita bisa memindai keberadaan tanaman kaktus itu tiga minggu dari sekarang. Itu artinya kita berangkat ke masa depan! Tapi itu juga berarti kita bisa kembali ke masa lalu, dan menangkap basah pencurinya!”

“Benar!” seru X-Boya.

“Ayo, kita persiapkan segala sesuatu. Tentukan waktu yang tepat ketika pencuri itu muncul, kita kembali ke masa itu,” kata Plasmo.

“Siap!” jawab X-Boya, si asisten robot yang setia.

“Kita harus berhati-hati, jangan sampai mengacaukan ruang waktu,” Plasmo mengingatkan.

Semua sudah dipersiapkan. Plasmo dan X-Boya pun menaiki pesawat mereka.

“Kita akan kembali ke masa tanggal 31 Mei 2015, pukul 14.05 WIB.”

Mereka baru saja hendak lepas landas, ketika telepon genggam Plasmo berdering.

“Ada pesan masuk. Dari nomor yang tidak dikenal. Kira-kira siapa, ya?” kata Plasmo.

Setelah membaca isi pesan tersebut, air muka Plasmo tiba-tiba berubah.

“Ada apa, Plasmo?” tanya X-Boya.

Dengan wajah penuh tanda tanya, Plasmo menunjukkan isi pesan singkat itu. Bunyinya begini,

AKU TAHU SIAPA PENCURI KAKTUS ITU



cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

No comments:

Post a Comment