Cerita Anak
Plasmo adalah seorang detektif
luar angkasa. Walaupun masih sangat muda, banyak kasus yang telah berhasil ia
pecahkan. Kali ini kasus yang sedang ia hadapi terjadi di bumi. Sebuah benda
kesayangan seorang profesor baru saja dicuri. Ketika Plasmo ditunjukkan foto
benda yang hilang tersebut, ternyata sebuah tanaman kaktus. Asisten Plasmo, X-Boya
si robot, memindai ruangan tempat terakhir tanaman kaktus tersebut terlihat.
“Apa yang kamu temukan, X-Boya?”
tanya Plasmo.
“Tidak ditemukan jejak asing,”
jawab X-Boya.
Hmmm, ternyata si pencuri sangat
ahli. Dia tidak meninggalkan sidik jari sedikit pun, Plasmo menimbang dalam
hati.
Namun yang membuat Plasmo paling
penasaran, adalah tanaman kaktus itu sendiri. Mengapa tanaman ini begitu
penting bagi si profesor?
Nanti saja kutanyakan. Sekarang
yang penting aku harus menemukan tanaman kaktus ini, putus Plasmo.
Setelah mengumpulkan semua data
yang diperlukan, Plasmo dan X-Boya masuk ke pesawat kecil mereka untuk kembali
ke markas.
“X-Boya, coba kamu temukan semua
data tanaman kaktus yang ada di dunia ini,” kata Plasmo, ketika mereka sudah
sampai di markas.
“Hah?” X-Boya tercengang.
Meksipun robot, ia juga bisa kaget. “Tapi itu kan banyak sekali,” protes
X-Boya.
“Dicoba saja dulu. Ayo, jangan
malas,” kata Plasmo. Ia cekikikan melihat X-Boya yang berusaha terlihat
cemberut dengan wajah robotnya.
Sementara X-Boya sibuk
mendapatkan semua data kaktus seluruh dunia, Plasmo mempelajari catatan yang ia
buat saat melakukan penyelidikan di rumah profesor.
“Tanaman kaktus sudah tak
terlihat lagi sejak jam 4 sore tanggal 31 Mei 2015. Dari jam 1 siang profesor
mengaku pergi mengunjungi sahabat lamanya di ujung kota. Dia sampai di rumah
pukul empat sore dan menemukan tanaman kaktusnya sudah hilang.
“Di rumah tidak orang lain. Tidak
ada saksi yang melihat kemungkinan pencuri masuk. Di rumah juga hanya ada sidik
jari profesor. Hmm… apa mungkin…” Plasmo tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia
beralih ke asisten robotnya. “X-Boya, apa kamu menemukan sesuatu?”
“Negatif. Di bumi tidak ditemukan
kaktus yang cocok dengan tanaman kaktus yang hilang.”
“Hmm… aneh. Bagaimana dengan di
planet lain?”
“Tunggu sebentar,” kata X-Boya.
Setelah beberapa menit lamanya, X-Boya berkata, “Tidak ditemukan kecocokan.”
Plasmo mendesa kecewa.
“ Eh, apa ini?” kata X-Boya
tiba-tiba.
“Ada apa, X-Boya?” seru Plasmo
dan segera menghampiri asistennya tersebut.
“Ada sedikit keganjilan di ruang
waktu.”
“Apa maksudmu?” tanya Plasmo, semangatnya
mulai bangkit.
“Ada benda teridentifikasi mirip
tanaman kaktus yang hilang, yang melintasi ruang waktu.”
“Maksudmu kaktus itu dibawa ke
masa lain?” tanya Plasmo.
X-Boya mengangguk ragu. Lalu katanya,
“Ke masa depan.”
Sejenak Plasmo merenung. “Kalau
memang itu yang terjadi, berarti pencurinya berasal dari masa depan,” gumam
Plasmo. “X-Boya, apa kamu bisa melacak siapa yang membawa kaktus itu ke masa
depan? Kalau kita berhasil mengetahui datanya, kita bisa segera menangkap
pencuri itu.”
“Baiklah, aku coba dulu,” jawab
X-Boya.
X-Boya membutuhkan waktu cukup
lama untuk mengumpulkan data orang yang mengambil kaktus tersebut. Hingga malam
tiba, X-Boya masih belum juga menyelesaikannya.
“Kenapa lama sekali?” tanya
Plasmo.
“Aku sudah mendapatkan data
pencuri itu. Namun aku kesulitan mencocokkan datanya dengan penduduk bumi.”
“Cari yang paling mirip.”
“Data yang paling mirip ada
sekitar 1.036.481 orang.”
“Wah, kenapa banyak sekali? Aneh!”
Plasmo kaget. Tetapi kalau benar begitu, berarti ada 1.036.481 orang yang
sangat mirip dengan profesor. Kalau harus menyelidiki orang-orang tersebut satu
per satu, bisa memakan waktu yang sangat lama. Apa yang harus kulakukan? Plasmo
membatin.
Plasmo merenung. Otaknya berpikir
keras. Ia mencoba menemukan kemungkinan pemecahan masalahnya. Ini adalah kasus
pertamanya yang berkaitan dengan pencuri yang berasal dari masa depan.
“Apa bisa kita memindai masa
depan untuk menemukan lokasi tanaman kaktus itu?” tanya X-Boya, memecahkan
renungan Plasmo.
Dengan lesu Plasmo menggeleng. “Kita
tidak bisa melakukannya. Tanaman kaktus itu sudah dibawa ke masa depan. Kita
tidak bisa memindai masa depan, karena pada saat ini masa depan belum terjadi.”
“Apa kita harus menuggu tiga
minggu?” tanya X-Boya.
“Tiga minggu?” ulang Plasmo.
“Dari hasil analisis ruang waktu,
tanaman kaktus tersebut dibawa ke masa tiga minggu dari sekarang,” jawab
X-Boya.
“Kalau harus menunggu tiga minggu
untuk memindai, tidak ada gunanya. Kita tinggal menangkap basah saja pencurinya
di waktu itu. Tapi tiga minggu waktu yang terlalu lama. Kita tidak bisa
membiarkan klien kita menunggu hingga selama itu.”
“Lalu bagaimana? Kita hanya bisa
memindai keberadaan kaktus tersebut tiga minggu dari sekarang,” kata X-Boya.
“Tiga minggu…” gumam Plasmo.
“Benar! Kamu benar, X-Boya! Kita bisa memindai keberadaan tanaman kaktus itu
tiga minggu dari sekarang. Itu artinya kita berangkat ke masa depan! Tapi itu
juga berarti kita bisa kembali ke masa lalu, dan menangkap basah pencurinya!”
“Benar!” seru X-Boya.
“Ayo, kita persiapkan segala sesuatu.
Tentukan waktu yang tepat ketika pencuri itu muncul, kita kembali ke masa itu,”
kata Plasmo.
“Siap!” jawab X-Boya, si asisten
robot yang setia.
“Kita harus berhati-hati, jangan
sampai mengacaukan ruang waktu,” Plasmo mengingatkan.
Semua sudah dipersiapkan. Plasmo
dan X-Boya pun menaiki pesawat mereka.
“Kita akan kembali ke masa
tanggal 31 Mei 2015, pukul 14.05 WIB.”
Mereka baru saja hendak lepas
landas, ketika telepon genggam Plasmo berdering.
“Ada pesan masuk. Dari nomor yang
tidak dikenal. Kira-kira siapa, ya?” kata Plasmo.
Setelah membaca isi pesan
tersebut, air muka Plasmo tiba-tiba berubah.
“Ada apa, Plasmo?” tanya X-Boya.
Dengan wajah penuh tanda tanya,
Plasmo menunjukkan isi pesan singkat itu. Bunyinya begini,
AKU TAHU SIAPA PENCURI
KAKTUS ITU
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment