Tuesday, 30 June 2015

DETEKTIF PLASMO: KASUS HILANGNYA TANAMAN KAKTUS - BAGIAN 2

ilustrasi-cerita-detektif-anak

Cerita Anak

Detektif Plasmo dan asistennya X-Boya si robot tengah menangani kasus hilangnya tanaman kaktus milik seorang Profesor. Ini adalah kasus pertama mereka yang berkaitan dengan pencuri yang berasal dari masa depan. Plasmo sudah berhasil menentukan waktu kejadian pencurian. Ia sudah berencana untuk pergi ke masa lalu dan menangkap basah pencurinya. Namun tepat ketika itu Plasmo menerima pesan singkat yang isinya berbunyi:


AKU TAHU SIAPA PENCURI KAKTUS ITU.

Plasmo cukup kaget mendapat pesan seperti itu. Apalagi dari nomor yang tak dikenal.

“Biar kulacak siapa pengirim pesan tersebut,” kata X-Boya.

“Nanti saja,” jawab Plasmo. “Kita sudah punya rencana untuk ke masa lalu dan menangkap pencurinya. Kita harus tiba di masa tersebut tepat waktu. Ayo, kita berangkat.”

“Baik,” sahut X-Boya.

Baru saja mereka masuk ke pesawat, telepon genggam Plasmo berdering lagi.

“Pesan singkat dari nomor yang tadi,” Plasmo mendesah.  Ia membaca pelan isi pesan tersebut.

SEGERA KEMBALIKAN KAKTUS ITU!

“Apa?!” Plasmo ternganga. Ia begitu kaget membaca pesan itu. “Apa maksud pesan ini? Memangnya aku yang mencuri kaktus tersebut? Aneh sekali,” ujar Plasmo agak menggumam.

“Waktu keberangkatan dalam hitungan detik,” kata X-Boya mengingatkan.

“Oh, ya. Akan kuurus masalah pesan ini nanti. Ayo, kita berangkat sekarang,” sahut Plasmo.

Sesuai dengan waktu yang telah mereka tentukan, keduanya kembali ke tanggal 31 Mei pukul 14.05 WIB.  Pesawat kecil mereka membawa Plasmo dan X-Boya langsung menuju rumah Profesor. Tepatnya ke ruangan tempat tanaman kaktus yang hilang tersebut, terakhir kali terlihat.

Sungguh di luar dugaan! Plasmo hampir berteriak saking kagetnya. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Profesor di ruangan tempat si kaktus berada. Seharusnya pada jam 14.05 WIB tanggal 31 Mei, Profesor sudah pergi mengunjungi sahabatnya di ujung kota.

“Jadi kamu pencurinya?” kata si Profesor, membuat Plasmo semakin terkaget-kaget. “Aku akan menghubungi polisi!”

“Hah?!” Plasmo kehabisan kata-kata.

“Sebaiknya kita kembali ke masa depan,” kata X-Boya. “Misi tidak berjalan sesuai rencana.”

Karena kebingungan, Plasmo setuju saja dengan saran X-Boya.

Sesampainya mereka di markas di masa sekarang, Plasmo langsung mencari tempat untuk duduk merenungkan kejadian barusan.

Lama ia memikirkannya. Hingga beberapa jam kemudian, Plasmo masih tampak berpikir keras. Sampai-sampai ia tidak mendengar X-Boya memanggilnya.

“Hah? Oh, maaf, aku tidak mendengar. Ada apa, X-Boya?”

“Aku berhasil melacak pemilik nomor tak dikenal yang mengirimimu pesan.”

“Oh, bagus. Siapa orang itu?”

“Profesor,” jawab X-Boya tak terduga.

“Profesor?” ulang Plasmo tak yakin. “Maksudmu Profesor si pemilik kaktus yang hilang itu?” sambungnya menegaskan. X-Boya mengiyakan.

Plasmo mengerutkan dahinya. Kedua alisnya nyaris menyatu.

“X-Boya, sebelumnya kamu bilang bahwa ada 1.036.481 orang yang memiliki kecocokan data dengan si pencuri. Betul, kan?  Sekarang coba ambil salah satunya saja. Kalau dugaanku benar, masalah pencurian kaktus ini selesai.”

X-Boya tidak membutuhkan waktu lama. Ketika Plasmo sudah menerima data orang tersebut, senyumnya langsung merekah. Dengan mata berbinar-binar ia berkata, “X-Boya, ayo kita ke rumah Profesor sekarang dan menjelaskan semuanya.”

“Tapi sekarang sudah larut malam,” jawab X-Boya.

“Ya, ampun. Maaf, sebaiknya kita istirahat sekarang. Besok kita selesaikan kasus pencurian tanaman kaktus ini,” kata Plasmo.

Keesokan harinya, Plasmo dan X-Boya menemui Profesor.

“Kamu lagi!” kata pertama yang diucapkan Profesor. “Sekarang, kembalikan kaktusku!”

Plasmo tersenyum lalu berkata, “Biar kujelaskan semuanya.”

“Jadi, betul kamu yang mencuri tanaman kaktus milikku?” tanya Profesor, agak kaget.

Plasmo tersenyum lagi dan menjawab, “Bukan. Tapi aku tahu siapa pencuri sebenarnya. Mari kujelaskan.”
Setelah Profesor menyilakannya duduk di ruang tamu, Plasmo pun memulai penjelasannya.

“Pada tanggal 01 Juni pukul 06.30, Profesor menemuiku dan memintaku untuk menyelidiki hilangnya tanaman kaktus. Hari sebelumnya, sejak pukul  4 sore Profesor sudah tidak melihat lagi tanaman itu. Dari pukul 1 siang, Profesor pergi mengunjungi sahabat di ujung kota. Jadi, waktu kejadian pencurian adalah dari pukul 1 hingga pukul 4 sore tanggal 31 Mei.”

Profesor manggut-manggut setuju dengan analisa awal itu.

“Asistenku, X-Boya, berhasil melacak keberadaan tanaman kaktus tersebut. Tapi masalahnya adalah, saat ini tanaman kaktus itu tidak disembunyikan di mana pun,” lanjut Plasmo.

“Tidak disembunyikan di mana pun?” ulang Profesor sangsi.

“Benar. Karena tanaman kaktus dicuri oleh seseorang dari masa depan. Saat ini, tanaman kaktus ini berada di masa depan.”

“Pencuri dari masa depan?” kata Profesor terperangah.

Plasmo pun melanjutkan penjelasannya, termasuk rencananya kembali ke masa lalu, pesan singkat yang ia terima, dan pertemuannya dengan profesor di masa lalu dan menuduhnya sebagai pencuri kaktus itu.

“Yang mengirimiku pesan, adalah Profesor. Benar begitu?” tanya Plasmo.

“Ya, itu karena aku menangkap basah kalian di rumahku,” jawab Profesor, tampak bingung.

Plasmo mengangguk puas. Lalu sambungnya, “Dan, pencuri sebenarnya tanaman kaktus yang hilang itu, adalah Profesor sendiri.”

Saking terkejutnya, Profesor sampai memelototkan kedua matanya.

“X-Boya berhasil mengidentifikasi orang yang membawa tanaman kaktus tersebut melewati ruang waktu. Tepatnya menuju tiga minggu dari waktu pencurian. Dan orang itu adalah Profesor. Memang ada 1.036.481 data orang yang memiliki kecocokan dengan Profesor. Tapi itu akan kujelaskan nanti.

“Jadi, Profesor yang berasal dari masa depan, datang ke tanggal 31 Mei dan mengambil tanaman kaktus. Lalu diri Profesor di masa sekarang, meminta bantuanku untuk menemukan kaktus itu. Ternyata Profesor kembali ke masa lampau. Dan hal itu karena Profesor ingin menangkap basah pencurinya, benar, kan?”

Profesor mengangguk pelan, tanpa suara. Ia masih terlampau kaget.

“Lalu tanpa sengaja kita bertemu di masa lampau. Profesor langsung menarik kesimpulan bahwa akulah pencurinya. Waktu itu, aku dan X-Boya langsung kembali ke masa sekarang. Begitu juga dengan Profesor. Kemudian Profesor mengirimiku pesan singkat tanpa nama. X-Boya berhasil melacak nomor telepon Profesor. Tapi, rupanya Profesor kembali dari masa lampau beberapa menit lebih awal dari masa sekarang. Karenanya aku menerima pesan itu, sebelum aku berangkat ke masa lampau untuk menangkap basah pencurinya.”

Profesor masih terpaku tak mampu bicara. Setelah selang beberapa menit yang hening, ia akhirnya berkata,
“Bagaimana kalian yakin, bahwa pencuri dari satu juta lebih orang yang memiliki kecocokan data, adalah aku?”

“Itu karena 1.036.481 orang tersebut, adalah Profesor sendiri. Kami berhasil melacak aktivitas ruang waktu Profesor. Dan aku yakin, Profesor sangat sering berpergian melintasi ruang dan waktu,” jawab Plasmo.

“Yah, kalau dipikir-pikir aku memang sangat sering pergi ke masa depan atau masa lampau. Sampai-sampai aku lupa,” kata Profesor. “Tapi, aku jadi heran, kenapa diriku di masa depan mengambil tananam kaktus itu?”

Plasmo cuma bisa angkat bahu. Yang tahu jawabannya, hanyalah si Profesor sendiri.

Terdengar suara dering telepon. Rupanya milik Profesor. Sejenak kerutan di keningnya bertambah sembari ia membaca pesan singkat di telepon genggamnya. Beberapa detik kemudian, Profesor malah tertawa terbahak-bahak.

“Ada apa, Profesor?” tanya Plasmo penasaran.

“Ya, ampun,” kata Profesor, berusaha mengatasi tawanya. “Ternyata aku baru saja mendapat pesan dari diriku sendiri. Diriku di masa depan, tepatnya diriku yang mencuri tanaman kaktus itu, baru saja mengirim pesan. Bunyinya begini:

MAAF. AKU LUPA MENINGGALKAN PESAN. TANAMAN KAKTUS INI AKU BAWA KE MASA DEPAN.

“Nampaknya tanaman kaktus ini sangat berarti bagi Profesor. Sampai-sampai Profesor menyewa detektif untuk menyelidiki kasus pencuriannya,” kata Plasmo.

Profesor tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak.

“Katamu kaktus ini dibawa ke tiga minggu ke depan dari waktu pencurian?” tanya Profesor. Plasmo mengangguk membenarkan.

“Sepertinya aku tahu alasan kenapa diriku di masa depan mengambil kaktus itu. Aku memang punya rencana untuk menghadiahkan kaktus itu untuk seorang sahabat. Kami sama-sama menyukai tanaman kaktus. Tiga minggu ke depan adalah hari ulang tahunnya yang ke delapan puluh. Mungkin diriku di masa depan membawa tanaman kaktus ini ke sesuatu tempat, karena khawatir nanti lupa membawanya saat ulang tahun sahabatku ini. Kamu tahu sendiri aku sudah sangat tua. Kadang-kadang suka lupa.”

Karena kasus hilangnya tanaman kaktus sudah terpecahkan, Plasmo dan X-Boya meminta diri untuk kembali ke markas mereka. Mereka baru saja mendapat panggilan untuk menyelidiki kasus lainnya.


Selesai


cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid



No comments:

Post a Comment