Cerita Anak
Detektif
Plasmo dan asistennya X-Boya si robot tengah menangani kasus hilangnya tanaman
kaktus milik seorang Profesor. Ini adalah kasus pertama mereka yang berkaitan
dengan pencuri yang berasal dari masa depan. Plasmo sudah berhasil menentukan
waktu kejadian pencurian. Ia sudah berencana untuk pergi ke masa lalu dan
menangkap basah pencurinya. Namun tepat ketika itu Plasmo menerima pesan
singkat yang isinya berbunyi:
AKU
TAHU SIAPA PENCURI KAKTUS ITU.
Plasmo
cukup kaget mendapat pesan seperti itu. Apalagi dari nomor yang tak dikenal.
“Biar
kulacak siapa pengirim pesan tersebut,” kata X-Boya.
“Nanti
saja,” jawab Plasmo. “Kita sudah punya rencana untuk ke masa lalu dan menangkap
pencurinya. Kita harus tiba di masa tersebut tepat waktu. Ayo, kita berangkat.”
“Baik,”
sahut X-Boya.
Baru
saja mereka masuk ke pesawat, telepon genggam Plasmo berdering lagi.
“Pesan
singkat dari nomor yang tadi,” Plasmo mendesah.
Ia membaca pelan isi pesan tersebut.
SEGERA
KEMBALIKAN KAKTUS ITU!
“Apa?!”
Plasmo ternganga. Ia begitu kaget membaca pesan itu. “Apa maksud pesan ini?
Memangnya aku yang mencuri kaktus tersebut? Aneh sekali,” ujar Plasmo agak
menggumam.
“Waktu
keberangkatan dalam hitungan detik,” kata X-Boya mengingatkan.
“Oh,
ya. Akan kuurus masalah pesan ini nanti. Ayo, kita berangkat sekarang,” sahut
Plasmo.
Sesuai
dengan waktu yang telah mereka tentukan, keduanya kembali ke tanggal 31 Mei
pukul 14.05 WIB. Pesawat kecil mereka
membawa Plasmo dan X-Boya langsung menuju rumah Profesor. Tepatnya ke ruangan
tempat tanaman kaktus yang hilang tersebut, terakhir kali terlihat.
Sungguh
di luar dugaan! Plasmo hampir berteriak saking kagetnya. Dia tidak menyangka
akan bertemu dengan Profesor di ruangan tempat si kaktus berada. Seharusnya
pada jam 14.05 WIB tanggal 31 Mei, Profesor sudah pergi mengunjungi sahabatnya
di ujung kota.
“Jadi
kamu pencurinya?” kata si Profesor, membuat Plasmo semakin terkaget-kaget. “Aku
akan menghubungi polisi!”
“Hah?!”
Plasmo kehabisan kata-kata.
“Sebaiknya
kita kembali ke masa depan,” kata X-Boya. “Misi tidak berjalan sesuai rencana.”
Karena
kebingungan, Plasmo setuju saja dengan saran X-Boya.
Sesampainya
mereka di markas di masa sekarang, Plasmo langsung mencari tempat untuk duduk
merenungkan kejadian barusan.
Lama
ia memikirkannya. Hingga beberapa jam kemudian, Plasmo masih tampak berpikir
keras. Sampai-sampai ia tidak mendengar X-Boya memanggilnya.
“Hah?
Oh, maaf, aku tidak mendengar. Ada apa, X-Boya?”
“Aku
berhasil melacak pemilik nomor tak dikenal yang mengirimimu pesan.”
“Oh,
bagus. Siapa orang itu?”
“Profesor,”
jawab X-Boya tak terduga.
“Profesor?”
ulang Plasmo tak yakin. “Maksudmu Profesor si pemilik kaktus yang hilang itu?”
sambungnya menegaskan. X-Boya mengiyakan.
Plasmo
mengerutkan dahinya. Kedua alisnya nyaris menyatu.
“X-Boya,
sebelumnya kamu bilang bahwa ada 1.036.481 orang yang memiliki kecocokan data
dengan si pencuri. Betul, kan? Sekarang
coba ambil salah satunya saja. Kalau dugaanku benar, masalah pencurian kaktus
ini selesai.”
X-Boya
tidak membutuhkan waktu lama. Ketika Plasmo sudah menerima data orang tersebut,
senyumnya langsung merekah. Dengan mata berbinar-binar ia berkata, “X-Boya, ayo
kita ke rumah Profesor sekarang dan menjelaskan semuanya.”
“Tapi
sekarang sudah larut malam,” jawab X-Boya.
“Ya,
ampun. Maaf, sebaiknya kita istirahat sekarang. Besok kita selesaikan kasus
pencurian tanaman kaktus ini,” kata Plasmo.
Keesokan
harinya, Plasmo dan X-Boya menemui Profesor.
“Kamu
lagi!” kata pertama yang diucapkan Profesor. “Sekarang, kembalikan kaktusku!”
Plasmo
tersenyum lalu berkata, “Biar kujelaskan semuanya.”
“Jadi,
betul kamu yang mencuri tanaman kaktus milikku?” tanya Profesor, agak kaget.
Plasmo
tersenyum lagi dan menjawab, “Bukan. Tapi aku tahu siapa pencuri sebenarnya.
Mari kujelaskan.”
Setelah
Profesor menyilakannya duduk di ruang tamu, Plasmo pun memulai penjelasannya.
“Pada
tanggal 01 Juni pukul 06.30, Profesor menemuiku dan memintaku untuk menyelidiki
hilangnya tanaman kaktus. Hari sebelumnya, sejak pukul 4 sore Profesor sudah tidak melihat lagi
tanaman itu. Dari pukul 1 siang, Profesor pergi mengunjungi sahabat di ujung
kota. Jadi, waktu kejadian pencurian adalah dari pukul 1 hingga pukul 4 sore
tanggal 31 Mei.”
Profesor
manggut-manggut setuju dengan analisa awal itu.
“Asistenku,
X-Boya, berhasil melacak keberadaan tanaman kaktus tersebut. Tapi masalahnya
adalah, saat ini tanaman kaktus itu tidak disembunyikan di mana pun,” lanjut
Plasmo.
“Tidak
disembunyikan di mana pun?” ulang Profesor sangsi.
“Benar.
Karena tanaman kaktus dicuri oleh seseorang dari masa depan. Saat ini, tanaman
kaktus ini berada di masa depan.”
“Pencuri
dari masa depan?” kata Profesor terperangah.
Plasmo
pun melanjutkan penjelasannya, termasuk rencananya kembali ke masa lalu, pesan
singkat yang ia terima, dan pertemuannya dengan profesor di masa lalu dan
menuduhnya sebagai pencuri kaktus itu.
“Yang
mengirimiku pesan, adalah Profesor. Benar begitu?” tanya Plasmo.
“Ya,
itu karena aku menangkap basah kalian di rumahku,” jawab Profesor, tampak
bingung.
Plasmo
mengangguk puas. Lalu sambungnya, “Dan, pencuri sebenarnya tanaman kaktus yang
hilang itu, adalah Profesor sendiri.”
Saking
terkejutnya, Profesor sampai memelototkan kedua matanya.
“X-Boya
berhasil mengidentifikasi orang yang membawa tanaman kaktus tersebut melewati
ruang waktu. Tepatnya menuju tiga minggu dari waktu pencurian. Dan orang itu
adalah Profesor. Memang ada 1.036.481 data orang yang memiliki kecocokan dengan
Profesor. Tapi itu akan kujelaskan nanti.
“Jadi,
Profesor yang berasal dari masa depan, datang ke tanggal 31 Mei dan mengambil
tanaman kaktus. Lalu diri Profesor di masa sekarang, meminta bantuanku untuk
menemukan kaktus itu. Ternyata Profesor kembali ke masa lampau. Dan hal itu
karena Profesor ingin menangkap basah pencurinya, benar, kan?”
Profesor
mengangguk pelan, tanpa suara. Ia masih terlampau kaget.
“Lalu
tanpa sengaja kita bertemu di masa lampau. Profesor langsung menarik kesimpulan
bahwa akulah pencurinya. Waktu itu, aku dan X-Boya langsung kembali ke masa
sekarang. Begitu juga dengan Profesor. Kemudian Profesor mengirimiku pesan
singkat tanpa nama. X-Boya berhasil melacak nomor telepon Profesor. Tapi,
rupanya Profesor kembali dari masa lampau beberapa menit lebih awal dari masa
sekarang. Karenanya aku menerima pesan itu, sebelum aku berangkat ke masa
lampau untuk menangkap basah pencurinya.”
Profesor
masih terpaku tak mampu bicara. Setelah selang beberapa menit yang hening, ia
akhirnya berkata,
“Bagaimana
kalian yakin, bahwa pencuri dari satu juta lebih orang yang memiliki kecocokan
data, adalah aku?”
“Itu
karena 1.036.481 orang tersebut, adalah Profesor sendiri. Kami berhasil melacak
aktivitas ruang waktu Profesor. Dan aku yakin, Profesor sangat sering
berpergian melintasi ruang dan waktu,” jawab Plasmo.
“Yah,
kalau dipikir-pikir aku memang sangat sering pergi ke masa depan atau masa
lampau. Sampai-sampai aku lupa,” kata Profesor. “Tapi, aku jadi heran, kenapa
diriku di masa depan mengambil tananam kaktus itu?”
Plasmo
cuma bisa angkat bahu. Yang tahu jawabannya, hanyalah si Profesor sendiri.
Terdengar
suara dering telepon. Rupanya milik Profesor. Sejenak kerutan di keningnya
bertambah sembari ia membaca pesan singkat di telepon genggamnya. Beberapa
detik kemudian, Profesor malah tertawa terbahak-bahak.
“Ada
apa, Profesor?” tanya Plasmo penasaran.
“Ya,
ampun,” kata Profesor, berusaha mengatasi tawanya. “Ternyata aku baru saja
mendapat pesan dari diriku sendiri. Diriku di masa depan, tepatnya diriku yang
mencuri tanaman kaktus itu, baru saja mengirim pesan. Bunyinya begini:
MAAF.
AKU LUPA MENINGGALKAN PESAN. TANAMAN KAKTUS INI AKU BAWA KE MASA DEPAN.
“Nampaknya
tanaman kaktus ini sangat berarti bagi Profesor. Sampai-sampai Profesor menyewa
detektif untuk menyelidiki kasus pencuriannya,” kata Plasmo.
Profesor
tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak.
“Katamu
kaktus ini dibawa ke tiga minggu ke depan dari waktu pencurian?” tanya
Profesor. Plasmo mengangguk membenarkan.
“Sepertinya
aku tahu alasan kenapa diriku di masa depan mengambil kaktus itu. Aku memang
punya rencana untuk menghadiahkan kaktus itu untuk seorang sahabat. Kami
sama-sama menyukai tanaman kaktus. Tiga minggu ke depan adalah hari ulang
tahunnya yang ke delapan puluh. Mungkin diriku di masa depan membawa tanaman
kaktus ini ke sesuatu tempat, karena khawatir nanti lupa membawanya saat ulang
tahun sahabatku ini. Kamu tahu sendiri aku sudah sangat tua. Kadang-kadang suka
lupa.”
Karena
kasus hilangnya tanaman kaktus sudah terpecahkan, Plasmo dan X-Boya meminta
diri untuk kembali ke markas mereka. Mereka baru saja mendapat panggilan untuk
menyelidiki kasus lainnya.
Selesai
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment