Cerita Anak
Hari itu kelas 4B terlihat lebih ramai daripada hari-hari biasanya. Sebelumnya Bu Rinda memberi tugas kepada murid-muridnya. Yaitu membuat tulisan tentang hobi, koleksi, atau apa saja yang disukai murid-muridnya. Namun Bu Rinda meminta mereka untuk membawa benda yang berkaitan dengan hobi atau koleksi tersebut, untuk dipertunjukkan di depan kelas.
Ada anak yang membawa kandang
berisi kelinci. Ada juga yang membawa sangkar berisi burung parkit. Yang lain
membawa koleksi perangko. Lalu ada seorang anak yang membawa cindera mata dari
berbagai daerah, karena ia hobi jalan-jalan. Beberapa anak ada yang membawa pot
berisi tanaman yang berbunga. Ada yang membawa karya lukisannya. Seorang anak
membawa biola kesukaannya. Ada juga yang membawa buku bacaan favoritnya.
Namun, dari semua benda tersebut,
ada yang paling mengundang perhatian. Sedari tadi semua anak curi-curi pandang ke
arah Rio dan benda yang dibawanya. Mereka bertanya-tanya, apa gerangan hobi
Rio. Karena benda yang dibawa Rio hanyalah sebuah stoples kosong.
Ada seorang anak berbisik kepada
kawan di sebelahnya. “Mungkin yang dibawa Rio itu, seekor semut. Karena kecil,
jadinya tidak kelihatan. Stoplesnya seperti kosong.”
“Kok semut? Memangnya Rio hobi
memelihara semut?” sahut temannya, juga berbisik.
Beberapa anak sudah mendapat
giliran untuk mempresentasikan tulisan mereka. Benda, hewan atau tanaman yang
mereka bawa pun unik-unik. Ketika tiba giliran Rio, anak-anak yang lain
langsung fokus perhatiannya pada Rio. Mereka sudah sangat penasaran dengan
benda yang dibawa Rio. Bahkan Bu Rinda pun tak kalah penasaran.
Ketika akhirnya Rio mulai
bersuara, suasana kelas langsung hening.
“Saya sangat senang dengan
hewan-hewan,” mulai Rio. “Terutama hewan yang memiliki sayap. Saya suka burung
beo. Karena burung beo bisa meniru manusia bicara,” lanjut Rio seraya
mengangkat stoples kosongnya.
Semua anak menatap tak mengerti.
Apa hubungannya burung beo dengan stoples kosong yang dibawa Rio?
Terdengar Rio melanjutkan
kembali.
“Selain bangsa burung, saya juga
suka kupu-kupu. Karena sayapnya warna-warni.”
Sekali lagi Rio mengangkat stoples
kosongnya.
“Saya juga suka capung.”
“Mana capungnya?” celetuk seorang
anak. Suaranya tidak terlalu keras. Namun karena suasana kelas yang tenang,
seisi kelas pun mendengarnya.
Mendengar pertanyaan itu, Rio
sekali lagi mengangkat stoples kosongnya. Teman sekelasnya semakin dibuat tak
mengerti.
“Saya suka capung, kecuali waktu
ibu saya meletakkan capung di pusar saya sewaktu kecil. Katanya biar saya tidak
mengompol lagi. Saya tidak suka karena geli.”
Anak-anak tertawa mendengarnya,
termasuk Bu Rinda.
“Hewan paling kesukaan saya yang
terakhir adalah lebah.”
“Lebah?” ulang seorang anak
spontan. Mukanya berjengit karena rupanya ia takut lebah. Sebelum ini ia pernah
tersengat.
Rio mengangguk seraya mengangkat stoples
kosongnya. “Lebah bisa menghasilkan madu. Madu banyak manfaatnya bagi manusia.”
Rio mengakhiri presentasinya dan
mengucap salam. Tampak wajah-wajah tak puas dari teman sekelasnya. Mereka masih
tidak mengerti maksud dari stoples kosong tersebut. Namun karena mereka tidak
menanyakannya, Rio tidak tahu kalau mereka bertanya-tanya.
Rupanya Bu Rinda yang menyuarakan
rasa penasaran murid-muridnya. Ia juga sebenarnya penasaran. Sebelum Rio kembali
ke tempat duduknya, Bu Rinda berkata,
“Nah, Rio, bisa kamu jelaskan kenapa
kamu menggunakan stoples kosong? Sewaktu kamu menceritakan tentang hewan-hewan
kesayanganmu?”
“Maaf, Bu,” jawab Rio. “Rio tidak
bisa membawa burung, kupu-kupu, capung, apalagi lebah. Karena Rio tidak
memelihara mereka.”
Terdengar bisik-bisik dari
teman-teman Rio.
“Lho, berarti ceritanya tadi
bohong?” bisik seorang anak. Beberapa orang saja yang mendengar. Di antaranya
Rio dan Bu Rinda.
Bu Rinda tersenyum kepada Rio,
memberi kesempatan kepada anak laki-laki itu untuk melanjutkan penjelasannya.
“Rio sangat suka pada
hewan-hewan. Tapi Rio tidak tega mengurung mereka dalam sangkar. Karena Rio
sayang pada hewan terutama yang bisa terbang, makanya Rio kasihan kalau melihat
mereka terkurung di kandang.”
“Lalu stoples itu?” tanya Bu
Rinda.
“Karena Ibu menyuruh membawa
benda yang disukai, Rio tidak bisa membawa hewan-hewan kesayangan Rio ke sini.
Makanya Rio bawa saja stoples ini. Pura-puranya rumah mereka. Maafin Rio, Bu.”
Mendengar penjelasan Rio, Bu
Rinda amat tersentuh. Ia tersenyum seraya menepuk pelan lengan anak laki-laki
yang memegang stoples kosong itu.
“Kamu anak yang baik hati, Rio.
Ibu bangga sekali padamu. Menyayangi makhluk hidup adalah cabang ilmu yang sangat
penting. Dan kamu telah berhasil memahaminya dengan baik,” ujar Bu Rinda.
Pelajaran di kelas 4B telah
berkahir. Anak-anak kelas 4B mendapatkan pelajaran yang sangat berharga di hari
itu. Dari sebuah stoples kosong, mereka telah belajar ilmu tentang kehidupan.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment