Dongeng
Kalau sedang bosan, Pangeran
Manika bisa menjadi manja dan iseng. Makanya ia berkata kepada koki kerajaan,
bahwa ia ingin mencicipi masakan baru. Masakan terlezat yang belum pernah ia
rasakan sebelumnya.
Setelah bekerja keras di dapur,
koki kerajaan pun menghidangkan bermacam-macam masakan. Aroma ruang makan
menjadi sangat harum. Membuat lapar siapa saja yang menciumnya.
Dengan antusias Pangeran Manika
mencicipi masakan tersebut. Setelah beberapa saat, wajahnya mulai berubah cemberut.
Koki kerajaan langsung cemas.
“Semua makanan ini… “ Ia berhenti
di situ sesaat. Membuat jantung sang koki berdegup-degup gugup.
“Semua makanan ini… lezat. Tapi…
tidak istimewa. Ini sama seperti masakan lezat lainnya,” lanjut Pangeran
Manika. “Aku kan sudah bilang, ingin mencicipi masakan terlezat yang belum
pernah ada sebelumnya.”
Sekeras apa pun usaha sang koki,
tetap saja tidak bisa menyenangkan hati Pangeran Manika. Padahal semua masakan
yang dibuatnya amatlah lezat. Koki kerajaan sudah kehabisan ide. Sementara
Pangeran Manika makin bosan dan jadi suka marah-marah.
Akhirnya Penasihat Kerajaan turun
tangan. Ia menemui Pangeran Manika sambil membawa berita yang tak terduga.
“Yang Mulia Pangeran Manika,”
katanya. “Saya punya kabar gembira. Saya dapat menunjukkan makanan terlezat di
dunia.”
“Benarkah?” tanya Pangeran Manika
tak percaya.
“Namun sebelum itu, mohon izinkan
saya mengajak Pangeran berkeliling sejenak.”
Kendatipun merasa heran atas
permintaan itu, Pangeran Manika pun mengikuti.
Mula-mula Pangeran Manika dibawa
menemui salah seorang kerabat si Penasihat Kerajaan. Ketika Pangeran Manika
menanyakan seperti apa masakan yang paling lezat, orang tersebut membawakan
sebuah piring berisi cabe berwarna merah dan hijau. Baunya amat pedas. Pangeran
Manika sampai bersin-bersin.
“Jangan main-main,” kata Sang
Pangeran. “Mana mungkin ini makanan terlezat di dunia,” omelnya. Orang itu pun
menjawab,
“Maafkan Saya, Paduka. Namun bagi
saya, semua masakan akan menjadi lezat bila diberi cabe. Sayang sekali, saya
tidak bisa memakannya lagi. Saya punya penyakit lambung. Jadi tidak boleh makan
yang pedas-pedas. Alangkah lezatnya makanan pedas.” Ia pun menggeleng sedih.
Kemudian
Penasihat Kerajaan membawa Pangeran Manika menemui seorang nenek bergigi
ompong.
“Oh, makanan
yang paling lezat,” kata si nenek ketika ditanyai makanan apa yang paling lezat
di dunia. Kemudian ia menunjukkan mangkuk berisi penuh kacang-kacangan.
“Hah, kacang?
Tidak diolah sama sekali! Bagaimana mungkin itu makanan terlezat di dunia,”
protes Pangeran Manika.
“Benar, Paduka
Pangeran. Dahulu saya juga berpikir demikian. Namun setelah gigi saya tanggal
semua, saya tidak bisa lagi makan kacang. Alangkah lezatnya kacang-kacang itu
kalau saya bisa menikmatinya lagi seperti dulu. Sungguh sayang,” kata si nenek.
Ia menyesal karena dulu tidak rajin membersihkan gigi.
Dari situ
Pangeran Manika dibawa ke tempat yang tidak ia duga. Ia sampai melotot karena
kaget.
“Kenapa aku
dibawa ke tempat pembuangan sampah? Keterlaluan! Mana ada makanan di sini!
Apalagi makanan terlezat di dunia!”
“Maafkan saya,
Paduka. Ada sesuatu yang hendak saya tunjukkan.”
Tak berapa lama
dari itu, datanglah seorang pengemis berbaju compang-camping. Ia tampak
mengorek-ngorek sampah sebelum akhirnya mengambil sebuah bungkusan dari daun
pisang. Setelah mengendus sebentar, ia pun mulai memakan isi bungkusan daun
pisang tersebut.
Pangerang
Manika mengerang jijik. Bagaimana mungkin ada orang yang makan makanan dari
tempat sampah?
Ketika pengemis
itu ditanya, ia pun menjawab,
“Biasanya saya
tidak makan apa-apa. Makanan seperti ini bagi saya sangatlah lezat.”
Pangeran Manika
sungguh terpana dengan kejadian barusan.
Setelah itu
Penasihat Kerajaan membawa sang Pangeran ke sebuah kebun semangka yang tengah
berbuah.
“Semangka?
Apakah ini buah terlezat di dunia?” kata Pangerang Manika sangsi.
Muncullah
seorang anak laki-laki yang berjingkrak-jingkrak riang. Usianya lebih muda dari
Pangeran Manika. Tampak anak laki-laki tersebut menuju ke bagian kebun lalu
memetik sebuah semangka besar yang sudah ranum.
Saat ditanya makanan
apa yang terlezat di dunia, anak laki-laki itu pun menjawab,
“Terlezat?
Hmmm… setiap buah, kue, permen dan lauk-pauk yang pernah saya makan, semuanya
terasa lezat. Tapi kalau sekarang, tentu saja buah semangka ini yang paling
lezat.”
“Saat ini?”
tanya Pangeran Manika. Anak tersebut mengangguk. Katanya,
“Yang enak itu,
makanan yang sedang kita makan. Kalau cuma dilihat, mana mungkin rasanya enak.”
Pangeran Manika
tertawa mendengarnya.
Tak terasa,
perjalanan Sang Pangeran Manika bersama Penasihat Kerajaan telah memakan waktu
setengah hari ini. Tenggorokan terasa haus dan perut terasa lapar.
Sang Penasihat
Kerajaan pun membawa Pangeran Manika ke sebuah pondok untuk beristirahat
sejenak. Ia memberikan segelas air putih. Pangeran pun meminumnya dengan
nikmat.
“Airnya segar
sekali,” kata Sang Pangeran.
“Tentu saja,
Paduka.”
“Rasanya baru
sekali ini air putih bisa terasa amat nikmat,” kata Pangeran Manika lagi.
“Benar sekali,
Paduka Pangeran Manika. Segelas air putih bisa terasa begitu nikmat ketika kita
sedang haus. Sepiring nasi putih akan terasa amat enak di saat kita lapar. Dan
makanan apapun akan terasa lezat apabila kita mensyukurinya.”
“Ah, aku
sekarang mengerti,” ujar Pangeran Manika.
Keduanya pun
kembali ke istana. Penasihat Kerajaan memerintahkan koki untuk menghidangkan
makan siang bagi Pangeran. Karena teringat kejadian sebelumnya, koki itu jadi
ketakutan. Karena sampai sekarang ia belum tahu harus memasak apa lagi. Ia
sudah kehabisan ide. Sang Penasihat memberitahunya untuk menghidangkan masakan
biasa saja. Si koki tambah ketakutan.
“Ba-bagaimana
kalau Pangeran marah-marah lagi?” tanyanya gugup.
Akhirnya si
koki menyerah dan menuruti perkataan Penasihat Kerajaan. Ia menghidangkan
masakan yang sangat biasa-biasa saja.
Pangeran Manika
pun menyantap makan siangnya. Alangkah kagetnya sang koki. Dilihatnya Pangeran
Manika makan dengan amat lahap. Sambil sekali-sekali bergumam, “Hmmm… enak
sekali.”
Pangeran Manika
membiarkan saja sang koki yang tampak tercengang. Ia meneruskan makan siangnya
dengan nikmat. Benar kata si Penasihat Kerajaan. Makanan apapun menjadi terasa
sedap bila kita mau mensyukurinya. Pangeran Manika pun tersenyum geli mengenang
kejadian-kejadian yang ia alami sepanjang hari itu.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
Benar sekali. Misal saja ketika kita lama tidak makan bakso, kemudian makan bakso rasanya memang beda :)
ReplyDeleteSetuju ^^
DeleteNice story..boleh saya belanja gagasan di blogspotnya ange widuri?
DeleteSilakan ^^ Makasi sudah mampir..
Delete