Thursday 21 September 2017

MASAKAN TERLEZAT DI DUNIA

Dongeng

Kalau sedang bosan, Pangeran Manika bisa menjadi manja dan iseng. Makanya ia berkata kepada koki kerajaan, bahwa ia ingin mencicipi masakan baru. Masakan terlezat yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Setelah bekerja keras di dapur, koki kerajaan pun menghidangkan bermacam-macam masakan. Aroma ruang makan menjadi sangat harum. Membuat lapar siapa saja yang menciumnya.

Dengan antusias Pangeran Manika mencicipi masakan tersebut. Setelah beberapa saat, wajahnya mulai berubah cemberut. Koki kerajaan langsung cemas.

Kata Pangeran Manika,

“Semua makanan ini… “ Ia berhenti di situ sesaat. Membuat jantung sang koki berdegup-degup gugup.

“Semua makanan ini… lezat. Tapi… tidak istimewa. Ini sama seperti masakan lezat lainnya,” lanjut Pangeran Manika. “Aku kan sudah bilang, ingin mencicipi masakan terlezat yang belum pernah ada sebelumnya.”

Sekeras apa pun usaha sang koki, tetap saja tidak bisa menyenangkan hati Pangeran Manika. Padahal semua masakan yang dibuatnya amatlah lezat. Koki kerajaan sudah kehabisan ide. Sementara Pangeran Manika makin bosan dan jadi suka marah-marah.

Akhirnya Penasihat Kerajaan turun tangan. Ia menemui Pangeran Manika sambil membawa berita yang tak terduga.

“Yang Mulia Pangeran Manika,” katanya. “Saya punya kabar gembira. Saya dapat menunjukkan makanan terlezat di dunia.”

“Benarkah?” tanya Pangeran Manika tak percaya.

“Namun sebelum itu, mohon izinkan saya mengajak Pangeran berkeliling sejenak.”

Kendatipun merasa heran atas permintaan itu, Pangeran Manika pun mengikuti.

Mula-mula Pangeran Manika dibawa menemui salah seorang kerabat si Penasihat Kerajaan. Ketika Pangeran Manika menanyakan seperti apa masakan yang paling lezat, orang tersebut membawakan sebuah piring berisi cabe berwarna merah dan hijau. Baunya amat pedas. Pangeran Manika sampai bersin-bersin.

“Jangan main-main,” kata Sang Pangeran. “Mana mungkin ini makanan terlezat di dunia,” omelnya. Orang itu pun menjawab,

“Maafkan Saya, Paduka. Namun bagi saya, semua masakan akan menjadi lezat bila diberi cabe. Sayang sekali, saya tidak bisa memakannya lagi. Saya punya penyakit lambung. Jadi tidak boleh makan yang pedas-pedas. Alangkah lezatnya makanan pedas.” Ia pun menggeleng sedih.

Kemudian Penasihat Kerajaan membawa Pangeran Manika menemui seorang nenek bergigi ompong.
“Oh, makanan yang paling lezat,” kata si nenek ketika ditanyai makanan apa yang paling lezat di dunia. Kemudian ia menunjukkan mangkuk berisi penuh kacang-kacangan.

“Hah, kacang? Tidak diolah sama sekali! Bagaimana mungkin itu makanan terlezat di dunia,” protes Pangeran Manika.

“Benar, Paduka Pangeran. Dahulu saya juga berpikir demikian. Namun setelah gigi saya tanggal semua, saya tidak bisa lagi makan kacang. Alangkah lezatnya kacang-kacang itu kalau saya bisa menikmatinya lagi seperti dulu. Sungguh sayang,” kata si nenek. Ia menyesal karena dulu tidak rajin membersihkan gigi.

Dari situ Pangeran Manika dibawa ke tempat yang tidak ia duga. Ia sampai melotot karena kaget.
“Kenapa aku dibawa ke tempat pembuangan sampah? Keterlaluan! Mana ada makanan di sini! Apalagi makanan terlezat di dunia!”

“Maafkan saya, Paduka. Ada sesuatu yang hendak saya tunjukkan.”

Tak berapa lama dari itu, datanglah seorang pengemis berbaju compang-camping. Ia tampak mengorek-ngorek sampah sebelum akhirnya mengambil sebuah bungkusan dari daun pisang. Setelah mengendus sebentar, ia pun mulai memakan isi bungkusan daun pisang tersebut.

Pangerang Manika mengerang jijik. Bagaimana mungkin ada orang yang makan makanan dari tempat sampah?

Ketika pengemis itu ditanya, ia pun menjawab,

“Biasanya saya tidak makan apa-apa. Makanan seperti ini bagi saya sangatlah lezat.”

Pangeran Manika sungguh terpana dengan kejadian barusan.

Setelah itu Penasihat Kerajaan membawa sang Pangeran ke sebuah kebun semangka yang tengah berbuah.

“Semangka? Apakah ini buah terlezat di dunia?” kata Pangerang Manika sangsi.

Muncullah seorang anak laki-laki yang berjingkrak-jingkrak riang. Usianya lebih muda dari Pangeran Manika. Tampak anak laki-laki tersebut menuju ke bagian kebun lalu memetik sebuah semangka besar yang sudah ranum.

Saat ditanya makanan apa yang terlezat di dunia, anak laki-laki itu pun menjawab,

“Terlezat? Hmmm… setiap buah, kue, permen dan lauk-pauk yang pernah saya makan, semuanya terasa lezat. Tapi kalau sekarang, tentu saja buah semangka ini yang paling lezat.”

“Saat ini?” tanya Pangeran Manika. Anak tersebut mengangguk. Katanya,

“Yang enak itu, makanan yang sedang kita makan. Kalau cuma dilihat, mana mungkin rasanya enak.”
Pangeran Manika tertawa mendengarnya.

Tak terasa, perjalanan Sang Pangeran Manika bersama Penasihat Kerajaan telah memakan waktu setengah hari ini. Tenggorokan terasa haus dan perut terasa lapar.

Sang Penasihat Kerajaan pun membawa Pangeran Manika ke sebuah pondok untuk beristirahat sejenak. Ia memberikan segelas air putih. Pangeran pun meminumnya dengan nikmat.

“Airnya segar sekali,” kata Sang Pangeran.

“Tentu saja, Paduka.”

“Rasanya baru sekali ini air putih bisa terasa amat nikmat,” kata Pangeran Manika lagi.

“Benar sekali, Paduka Pangeran Manika. Segelas air putih bisa terasa begitu nikmat ketika kita sedang haus. Sepiring nasi putih akan terasa amat enak di saat kita lapar. Dan makanan apapun akan terasa lezat apabila kita mensyukurinya.”

“Ah, aku sekarang mengerti,” ujar Pangeran Manika.

Keduanya pun kembali ke istana. Penasihat Kerajaan memerintahkan koki untuk menghidangkan makan siang bagi Pangeran. Karena teringat kejadian sebelumnya, koki itu jadi ketakutan. Karena sampai sekarang ia belum tahu harus memasak apa lagi. Ia sudah kehabisan ide. Sang Penasihat memberitahunya untuk menghidangkan masakan biasa saja. Si koki tambah ketakutan.

“Ba-bagaimana kalau Pangeran marah-marah lagi?” tanyanya gugup.

Akhirnya si koki menyerah dan menuruti perkataan Penasihat Kerajaan. Ia menghidangkan masakan yang sangat biasa-biasa saja.

Pangeran Manika pun menyantap makan siangnya. Alangkah kagetnya sang koki. Dilihatnya Pangeran Manika makan dengan amat lahap. Sambil sekali-sekali bergumam, “Hmmm… enak sekali.”

Pangeran Manika membiarkan saja sang koki yang tampak tercengang. Ia meneruskan makan siangnya dengan nikmat. Benar kata si Penasihat Kerajaan. Makanan apapun menjadi terasa sedap bila kita mau mensyukurinya. Pangeran Manika pun tersenyum geli mengenang kejadian-kejadian yang ia alami sepanjang hari itu.


cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid

4 comments:

  1. Benar sekali. Misal saja ketika kita lama tidak makan bakso, kemudian makan bakso rasanya memang beda :)

    ReplyDelete