Cerita Anak
Bonita baru saja menyelesaikan
membaca buku cerita bergambarnya. Ia sangat senang karena isi buku itu penuh
gambar dan ceritanya seru. Makanya Bonita sudah tidak sabar ingin membaca buku
yang lainnya. Ia bahkan sudah punya rencana tentang buku baru yang
diinginkannya.
Sambil senyum-senyum dan sedikit
berjingkrak manja, bonita menghampiri bunda. Saat itu bunda sedang duduk sambil
membaca sebuah buku. Bonita memperhatikan buku di tangan bunda tersebut.
Bukunya tebal. Tentu asyik sekali
membacanya. Ceritanya tidak akan habis-habis, pikir Bonita.
“Bunda,” panggil Bonita perlahan.
Bunda mengalihkan tatapannya dari buku, ke anak perempuannya.
“Kenapa, Sayang?”
“Apa boleh Bonita dapat bacaan
baru? Buku cerita yang Bunda belikan kemarin, sudah selesai Bonita baca. Boleh,
ya, Bunda,” kata Bonita sambil merayu.
“Memangnya bacaan seperti apa
yang Bonita inginkan?” tanya Bunda. Ia meletakkan buku di tangannya ke meja
kecil di sebelahnya.
Sambil mentaut-tautkan
jari-jemarinya, Bonita cengengesan. Katanya, “Bonita mau buku cerita seperti
yang Bunda punya.”
Aduh, bagaimana kalau Bunda
keberatan? Buku yang lebih tebal tentu harganya lebih mahal, Bonita membatin.
Ia harap-harap cemas.
Bunda mengerutkan dahi. “Menurut
Bunda, Bonita belum bisa baca buku punya Bunda. Ceritanya terlalu rumit untuk
anak-anak,” kata Bunda memberi pengertian.
“Maksud Bonita, bukan benar-benar
seperti buku punya Bunda. Tapi… Bonita kepingin buku yang… agak tebal dari
biasanya. Kan seru membacanya. Tidak gampang habis,” jelas Bonita. Ia makin
cemas. Kira-kira, Bunda keberatan tidak, ya?
“Oh, begitu. Bonita maunya buku
cerita tentang apa?”
Wah, sepertinya Bunda setuju…
Bonita menahan diri agar tidak sampai melonjak girang. Bunda kan belum
betul-betul mengatakan ia mengabulkan permintaan Bonita.
“Cerita yang seru. Kisah
raja-raja. Istana. Pahlawan. Negeri-negeri yang sangat indah. Orang-orang
dengan kekuatan luar biasa. Kisah sedih biar Bonita sampai bercucuran air mata.
Pokoknya cerita yang hebat,” cerocos Bonita.
“Itu, sih, gampang,” jawab Bunda.
Mendengarnya Bonita terpelongo. Benarkah ini urusan gampang? Bunda akan segera membelikannya?
“Bunda tahu sebuah bacaan yang
sangat hebat. Isinya penuh dengan kisah-kisah yang luar biasa. Bisa buat kita
tersenyum, menangis, bahkan ketakutan.”
Wah, cerita seram, pikir Bonita.
Ia benar-benar penasaran. Hatinya jadi dag dig dug ingin segera membacanya.
“Ada kisah tentang pemuda yang
tidur ratusan tahun di dalam gua,” lanjut Bunda.
“Benarkah?” kata Bonita. Matanya
terbelalak takjub. Ia mulai membayangkan bagaimana rasanya tidur ratusan tahun.
“Ada juga tentang raja yang bisa
berbicara dengan hewan.”
“Bicara dengan hewan? Asyik
sekali ya Bunda, kalau bisa seperti itu,” kata Bonita. Bunda tersenyum.
“Ada juga kisah tentang negeri
yang sangat indah. Siapa yang berada di dalamnya, bisa mendapatkan semua yang
diinginkannya.”
Bonita sungguh terpukau
mendengarnya. Andai ia bisa berada di negeri itu, ia bisa meminta buku cerita
sebanyak-banyaknya. Senangnya, khayal Bonita.
“Namun ada juga kisah tentang tempat-tempat
menyeramkan.”
“Apa karena di sana banyak
hantunya?” tanya Bonita takut-takut.
“Hantu itu tidak menyeramkan. Di
negeri ini, berkumpul seluruh orang-orang jahat. Sebelumnya mereka selalu
berbuat jahat dan tidak mau mendengarkan nasihat. Makanya mereka dikurung di
negeri ini dan mendapatkan hukuman.”
Bonita meringis mendengarnya.
Alangkah seramnya kisah itu.
“Ada juga kisah orang-orang
hebat,” kata Bunda lagi.
“Apa orang itu punya kekuatan
super?” tanya Bonita.
“Ya, bermacam-macam. Ada yang membelah
laut, ada yang naik ke langit, ada yang bisa menghidupkan orang mati.”
Kali ini Bonita menganga takjub.
Semula ia pikir, orang berkekuatan super itu seperti pahlawan-pahlawan di buku
cerita yang pernah ia baca. Bisa terbang dan menolong sesama manusia. Namun ia
belum pernah mendengar kisah menakjubkan tentang orang yang membelah laut, naik
ke langit, apalagi menghidupkan orang mati.
“Selain itu ada pula kisah
tentang peperangan. Hebatnya, orang-orang ini berperang bersama-sama malaikat
melawan musuh mereka.”
“Perang bersama malaikat?” ulang
Bonita. “Hebat sekali.”
“Mau dengar yang lebih hebat
lagi?” tanya Bunda. Ia menyimpul senyum misterius. Bonita tak habis pikir, apa
yang bisa lebih hebat dari perang bersama malaikat?
“Apa, Bunda? Apa?” desak Bonita
penasaran.
“Yang lebih hebat dari semuanya
adalah, semua cerita yang Bunda sebutkan tadi adalah kisah nyata.”
“Nyata? Maksudnya semua kisah itu
benar-benar terjadi?” tanya Bonita. Kali ini hatinya dipenuhi segudang
pertanyaan. Apa mungkin orang yang membelah lautan itu memang ada? Terus,
bagaimana tentang perang bersama malaikat? Belum lagi kisah tentang negeri di
mana semua keinginan kita akan dikabulkan.
“Bunda tidak….” Bonita ragu
mengatakannya. “Cerita itu… maksud Bonita… Bunda tidak bercanda, kan?”
“Tentu saja Bundah serius. Mana
mungkin Bunda membohongi Bonita,” jawab Bunda. Ia tersenyum dan matanya tampak
berkilau seperti kerlipan bintang. Bonita tahu. Tidak mungkin Bunda
membohonginya.
“Bahkan Bunda sudah punya. Kalau
Bonita mau, boleh dibaca sekarang,” kata Bunda.
Senyuman lebar menghiasi hampir
seluruh wajah Bonita. “Benar, Bunda?” tanya Bonita, senang bukan kepalang.
Bunda mengangguk.
“Oh, iya, apa Bonita sudah
menamatkan bacaan Iqro?” tanya Bunda. Bonita langsung mengerutkan dahi. Apa hubungannya
dengan Iqro?
“Ya. Sebentar lagi Bonita akan pindah
ke Al Quran,” jawab Bonita. Dalam hati ia bertanya-tanya apa hubungannya.
“Bonita sayang,” kata Bunda.
Perlahan ia menarik Bonita ke arahnya. Ia merangkul Bonita sambil membelai
rambutnya. Bunda pun melanjutkan, “Bacaan yang kamu inginkan itu, tak lain
adalah Al Quran.”
Kedua mata Bonita melebar.
Bukannya Al Quran itu kitab suci yang isinya tentang ibadah-ibadah?
“Semua kisah yang Bunda sebutkan
tadi, tertulis di dalam Al Quran. Semua kisah itu untuk kita jadikan pelajaran.
Semuanya betul-betul terjadi.”
“Kisah-kisahnya sungguh indah,
ya, Bunda,” kata Bonita.
“Bonita mau mendengar hal yang
lebih luar biasa lagi?” tanya Bunda.
Hati Bonita sudah meluap-luap
mendengar yang dikatakan Bunda tadi. Semuanya begitu menakjubkan. Lalu, apa
yang lebih hebat lagi dibandingkan bahwa semua kisah tadi adalah kisah nyata?
Rasanya jantung Bonita seperti hendak berhenti berdetak. Ia sungguh-sungguh
terpukau.
“Bunda mau tanya dulu, bagaimana
rasanya menyimpan sebuah buku yang diberi oleh orang yang kita sayangi?”
“Bonita akan sering membacanya
dan merawatnya baik-baik.”
“Bonita sayang, isi Al Quran
adalah kalimat-kalimat Allah. Dialah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
Tuhan yang menyayangi hamba-Nya. Bayangkanlah, bagaimana rasanya menyimpan Al
Quran, sebuah buku yang langsung diberikan Allah kepada kita? Rasanya sungguh
luar biasa, Sayang.”
“Kalau begitu Bonita akan sering
membacanya. Bonita juga akan merawatnya baik-baik.”
Bunda tersenyum. Matanya bening
dan berkaca-kaca seperti kristal. Bunda bangkit dari duduknya dan mengajak
Bonita untuk menerima Al Quran pertamanya.
cerita & ilustrasi oleh Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment