Saturday, 5 July 2014

THE COLOUR OF MAGIC

resensi-review-buku

Review Buku


Judul              : The Colour of Magic 
Penulis          : Terry Pratchett
Alih Bahasa   : Michael D. Elwin S
Penerbit         : PT Elex Media Komputindo
Tahun Terbit  : 2010
Genre             : Fantasi
Tebal              : 308 halaman

Sinopsis
Kisah ini terjadi di Discworld, sebuah dunia yang berbentuk piringan. Dunia ini disanggah oleh empat ekor gajah raksasa yang berdiri di atas seekor kura-kura yang tidak diketahui jenis kelaminnya, yaitu A’Tuin Perkasa.


Kisah bermula saat Rincewind, seorang penyihir gagal yang drop out dari Universitas Tak Terlihat, menjadi pemandu wisata bagi Twoflower, laki-laki asing yang datang dari kota Bes Palargic. Meskipun sebagai penyihir Rincewind tidak tahu satu mantra sihir pun, namun ia menguasai banyak bahasa asing. Sementara itu Twoflower punya banyak emas. Bersamanya ada sebuah peti bagasi dengan ratusan kaki kecil, yang selalu setia mengikuti Twoflower pergi.

Karena emas-emas itu, Rincewind bersama Twoflower si turis naif, menyebabkan kekacauan di kota Ankh-Morpork hingga kota tersebut terbakar. Dari sinilah petualangan keduanya dimulai.

Di perjalanan mereka bertemu troll. Dan karena keberuntungan, Rincewind berhasil mengalahkan troll tersebut. Namun akibatnya keduanya terpisah.

Twoflower menemukan sebuah batu yang menunjukinya jalan menuju kuil Bel-Shamharoth. Sebuah kuil di mana dilarang menyebutkan angka delapan di dalamnya, kalau ingin keluar dari sana hidup-hidup.

Sementara itu Rincewind terjebak di dalam sebuah pohon. Di sana ia bertemu dengan dryad, makhluk penghuni pohon. Para dryad ini hendak menjadikan Rincewind tumbal karena telah merusak cabang-cabang pohon. Namun ketika para dryad mengetahui mantra delapan yang sangat kuat, tersimpan tanpa sengaja di kepala Rincewind, mereka pun mengirim Rincewind ke Bel-Shamharoth.

Di kuil ini Rincewind dan Twoflower bertemu dengan Hrun, seorang barbar yang selanjutnya disewa untuk menjadi bodyguard mereka.

Petualangan mereka juga membawa Rincewind dan Twoflower hingga ke Wyrmberg, sebuah tempat di mana seseorang dapat mewujudkan seekor naga asalkan ia mempercayainya.

Ketika keduanya mencoba melarikan diri dari penguasa Wymberg, Rincewind mencoba mewujudkan seekor naga yang tidak pernah dipercayainya. Namun keduanya malah masuk ke sebuah pesawat udara dan selanjutnya keduanya tercebur beberapa ratus kaki ke dalam lautan.

Dengan sebuah perahu bocor, mereka menjelajah lautan hingga terbawa terlalu jauh mendekati Tepian Dunia. Dan mungkin sekali keduanya akan jatuh ke Tepian Dunia.
Puncak petualangan mereka adalah ketika keduanya terpaksa masuk ke dalam Potent Voyager yang akan diluncurkan melewati Tepian Dunia untuk menyelidiki jenis kelamin si kura-kura A’Tuin Perkasa.
Review
Novel ini pertama kali diterbitkan tahun 1983. Terry Pratchett membawakan cerita fantasi ini dengan gaya humor dan satire. Dalam versi bahasa Indonesia efek humornya kurang terasa. Mungkin karena adanya permainan kata-kata yang sulit diterjemahkan secara tepat ke bahasa Indonesia. Namun pembaca akan tetap menikmati sajian yang lucu, seru sekaligus santai.

Alur cerita dalam novel ini melompat-lompat. Pada beberapa paragraf menceritakan tentang Rincewind dan Twoflower. Tiba-tiba di paragraf selanjutnya menceritakan karakter lain yang namanya belum disebut-sebut sama sekali sebelumnya. Para pembaca dibuat menjadi agak sibuk. Termasuk juga dalam hal mengingat nama-nama karakter yang sangat banyak dan juga nama-nama tempat. Belum lagi penggunaan kalimat-kalimat rumit yang memungkinkan pembaca harus membaca hingga dua kali bahkan lebih.

Karakter dari masing-masing tokoh sangat unik. Sekalipun beberapa tokoh hanya muncul sedikit, pembaca akan tetap mengingat karakternya—kecuali namanya mungkin. Saya sendiri tidak bisa menyebutkan kembali nama-nama tokohnya setelah menamatkan novel ini, kecuali tokoh utamanya saja seperti Rincewind dan Twoflower.

Dari semua karakter yang muncul di buku ini, yang paling saya sukai tak lain adalah si Bagasi. Hah? Bagasi? Yang punya ratusan kaki kecil di bawahnya itu? Yep! Benar sekali. Agak ragu harus menyebutnya seseorang, seekor atau sebuah. Si Bagasi ini layaknya peti bagasi. Hanya saja ia punya ratusan kaki kecil di bawahnya. Walau tidak punya mata dan wajah, namun bisa memberikan ekspresi marah. Sangat setia pada tuannya. Dan bisa memakan musuh yang membahayakan tuannya, tanpa menyisakan sedikitpun dari tubuh si musuh. Pokoknya karakternya unik, tidak biasa dan sangat lucu.

Isi novel ini bersifat petualangan. Jadi tidak ada misteri yang harus dipecahkan, tidak ada tugas yang harus diselesaikan ataupun tidak ada nyawa yang mesti diselamatkan oleh tokoh utama seperti cerita-cerita pada umumnya. Ketika mencapai lembaran-lembaran terakhir membacanya, saya agak pesimis bagaimana akhir cerita ini. Apa yang akan terjadi pada tokoh utamanya, happy endingkah? Sad endingkah?

Namun novel ini memang menyajikan tentang beragamnya kehidupan di Discworld, di tempat-tempat di mana Rincewind dan Twoflower singgah. Makhluk-makhluk ajaib dan tempat-tempat ajaib akan membawa pembaca berimajinasi.

Buku The Colour of Magic ini merupakan buku pertama dari rangkaian Discworld Novel yang ditulis oleh Terry Pratchett. Ada empat puluh novel berisi cerita tentang Discworld yang telah ditulisnya. Hmmm... kalau satu tahun sepuluh buku, butuh empat tahun untuk menghabiskan seluruh serinya. Itu pun kalau bisa sepuluh setahun... belum lagi kalau bukunya tidak ada di toko buku... kalau cuma dapat satu buku satu tahun... berarti empat puluh tahun ke depan baru selesai membaca keseluruhan serinya... :D

Keep reading!!!

by Angewid
@ange_wid

No comments:

Post a Comment