Review Buku
Judul | : The Colour of Magic |
Penulis | : Terry Pratchett |
Alih Bahasa | : Michael D. Elwin S |
Penerbit | : PT Elex Media Komputindo |
Tahun Terbit | : 2010 |
Genre | : Fantasi |
Tebal | : 308 halaman |
Sinopsis
Kisah ini terjadi
di Discworld, sebuah dunia yang berbentuk piringan. Dunia ini disanggah oleh empat
ekor gajah raksasa yang berdiri di atas seekor kura-kura yang tidak diketahui
jenis kelaminnya, yaitu A’Tuin Perkasa.
Karena emas-emas
itu, Rincewind bersama Twoflower si turis naif, menyebabkan kekacauan di kota
Ankh-Morpork hingga kota tersebut terbakar. Dari sinilah petualangan keduanya
dimulai.
Di perjalanan
mereka bertemu troll. Dan karena keberuntungan, Rincewind berhasil mengalahkan
troll tersebut. Namun akibatnya keduanya terpisah.
Twoflower menemukan
sebuah batu yang menunjukinya jalan menuju kuil Bel-Shamharoth. Sebuah kuil di
mana dilarang menyebutkan angka delapan di dalamnya, kalau
ingin keluar dari sana hidup-hidup.
Sementara itu Rincewind
terjebak di dalam sebuah pohon. Di sana ia bertemu dengan dryad, makhluk
penghuni pohon. Para dryad ini hendak menjadikan Rincewind tumbal karena telah merusak
cabang-cabang pohon. Namun ketika para dryad mengetahui mantra delapan yang
sangat kuat, tersimpan tanpa sengaja di kepala Rincewind, mereka pun mengirim
Rincewind ke Bel-Shamharoth.
Di kuil ini Rincewind dan Twoflower
bertemu dengan Hrun, seorang barbar yang selanjutnya disewa untuk menjadi bodyguard mereka.
Petualangan mereka
juga membawa Rincewind dan Twoflower hingga ke Wyrmberg, sebuah tempat di mana
seseorang dapat mewujudkan seekor naga asalkan ia mempercayainya.
Ketika keduanya
mencoba melarikan diri dari penguasa Wymberg, Rincewind mencoba mewujudkan seekor naga yang tidak pernah dipercayainya.
Namun keduanya malah masuk ke sebuah pesawat udara dan selanjutnya keduanya tercebur beberapa
ratus kaki ke dalam lautan.
Dengan sebuah perahu bocor, mereka menjelajah
lautan hingga terbawa terlalu jauh mendekati Tepian Dunia. Dan
mungkin sekali keduanya akan jatuh ke Tepian Dunia.
Puncak petualangan mereka adalah ketika keduanya terpaksa masuk ke
dalam Potent Voyager yang akan diluncurkan melewati Tepian Dunia untuk menyelidiki jenis kelamin si kura-kura A’Tuin Perkasa.
Review
Novel ini pertama
kali diterbitkan tahun 1983. Terry Pratchett membawakan cerita fantasi ini dengan gaya
humor dan satire. Dalam versi
bahasa Indonesia efek humornya kurang terasa. Mungkin karena adanya permainan
kata-kata yang sulit diterjemahkan secara tepat ke bahasa Indonesia. Namun
pembaca akan tetap menikmati sajian yang lucu, seru sekaligus santai.
Alur cerita dalam
novel ini melompat-lompat. Pada beberapa paragraf menceritakan tentang
Rincewind dan Twoflower. Tiba-tiba di paragraf selanjutnya menceritakan karakter
lain yang namanya belum disebut-sebut sama sekali sebelumnya. Para pembaca dibuat
menjadi agak sibuk. Termasuk juga dalam hal mengingat nama-nama karakter yang
sangat banyak dan juga nama-nama tempat. Belum lagi penggunaan kalimat-kalimat rumit yang memungkinkan pembaca harus
membaca hingga dua kali bahkan lebih.
Karakter dari
masing-masing tokoh sangat unik. Sekalipun beberapa tokoh hanya muncul sedikit,
pembaca akan tetap mengingat karakternya—kecuali namanya mungkin. Saya sendiri
tidak bisa menyebutkan kembali nama-nama tokohnya setelah menamatkan novel ini,
kecuali tokoh utamanya saja seperti Rincewind dan Twoflower.
Dari semua karakter
yang muncul di buku ini, yang paling saya sukai tak lain adalah si Bagasi. Hah?
Bagasi? Yang punya ratusan kaki kecil di bawahnya itu? Yep! Benar sekali. Agak
ragu harus menyebutnya seseorang, seekor atau sebuah. Si Bagasi ini layaknya peti bagasi. Hanya saja ia punya ratusan kaki kecil di bawahnya. Walau tidak punya mata dan wajah,
namun bisa memberikan ekspresi marah. Sangat setia pada tuannya. Dan bisa
memakan musuh yang membahayakan tuannya, tanpa menyisakan sedikitpun dari tubuh
si musuh. Pokoknya karakternya unik, tidak biasa dan sangat lucu.
Isi novel ini
bersifat petualangan. Jadi tidak ada misteri yang harus dipecahkan, tidak ada
tugas yang harus diselesaikan ataupun tidak ada nyawa yang mesti diselamatkan
oleh tokoh utama seperti cerita-cerita pada umumnya. Ketika mencapai
lembaran-lembaran terakhir membacanya, saya agak pesimis bagaimana akhir cerita
ini. Apa yang akan terjadi pada tokoh utamanya, happy endingkah? Sad endingkah?
Namun novel ini
memang menyajikan tentang beragamnya kehidupan di Discworld, di tempat-tempat di
mana Rincewind dan Twoflower singgah. Makhluk-makhluk ajaib dan tempat-tempat
ajaib akan membawa pembaca berimajinasi.
Buku The Colour of
Magic ini merupakan buku pertama dari rangkaian Discworld Novel yang ditulis
oleh Terry Pratchett. Ada empat puluh novel berisi cerita tentang Discworld
yang telah ditulisnya. Hmmm... kalau satu tahun sepuluh buku, butuh empat tahun
untuk menghabiskan seluruh serinya. Itu pun kalau bisa sepuluh setahun... belum
lagi kalau bukunya tidak ada di toko buku... kalau cuma dapat satu buku satu
tahun... berarti empat puluh tahun ke depan baru selesai membaca keseluruhan
serinya... :D
Keep reading!!!
by Angewid
@ange_wid
No comments:
Post a Comment